Nama : Dwi Ambarini
Npm : 12210164
Kelas : 3EA10
MatKul : Metode Riset
OPINI PELANGGAN TENTANG
CITRA CORPORATE PLANET HOLLYWOOD JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Humas merupakan suatu unit kerja yang sangat
dipentingkan dalam satu perusahaan. Salah satu tugas humas adalah merangkum
keseluruhan komunikasai yang terencana terutama Informasi untuk keluar antara
perusahaan dengan publiknya. Dalam penyampaian komunikasi tersebut humas
diharuskan membentuk citra positif bagi suatu perusahaan. Bagi peruasahaan,
mempunyai citra yang baik merupakan faktor yang penting, karena citra yang baik
akan memberikan berbagai macam manfaat. Perusahaan yang memiliki citra yang
baik akan mendorong konsumen untuk membeli produk yang dihasilkan, mempertinggi
kemampuan bersaing, menghambat masuknya pesaing dalam industry, juga dapat
menempatkan mereka pada posisi pemimpin pasar. Hal ini biasa diamati pada
perusahaan-perusahaan yang memiliki citra yang baik. Perusahaan-perusahaan
tersebut umumnya memiliki pangsa pasar yang besar serta mempunyai hubungan yang
baik dengan publiknya.
Dalam rangka
mencapai tujuan yang spesifik berdasarkan pada tugas humas yang menguntungkan
perusahaan setiap usaha yang dilakukan oleh humas selain membentuk citra yang
baik haruslah mendapat goodwill dari publiknya . Pelanggan disuatu
perusahaan merupakan publik utama, selain itu pelanggan memegang peranan
penting dalam berjalannya bisnis dalam suatu perusahaan, karena selain karyawan
dari perusahaan pelangganlah ujung tombak bagi perusahaan agar semakin maju dan
berkembang.
Humas atau Public
Relations, dalam menjalankan fungsinya tidak secara langsung melakukan
hubungan yang baik dengan seluruh pihak yang terlibat didalam operasional
perusahaan, baik langsung maupun tidak langsung melalui proses komunikasi.
Khalayak sasaran humas, atau biasa disebut dengan public atau stakeholdersmerupakan
orang atau kelompok yang berada didalam maupun diluar perusahaan yang memiliki
peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan.
Jadi, disamping
memproduksi produk-produk berkualitas tinggi dan canggih, opini publik
sangatlah penting dan harus diperhatikan guna mengukur pencitraan suatu
perusahaan baik itu positif atau negative. Opini publik juga berguna untuk
mengevaluasi, memperbaiki, serta meningkatkan kinerja perusahaan.
Di era
informasi yang sedang berkembang dengan cepat dan pesat dewasa ini,
memungkinkan setiap individu atau kelompok menerima, menyerap dan mengkaji
segala sesuatu yang terjadi dengan ceoat yang berasal dari belahan dunia yang
sangat luas. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap perilaku manusia yang
cenderung ingin mendapatkan segalanya dengan cepat dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginannya dalam kapasitas memuaskan, baik dalam pemenuhan akan kebutuhan
hidup sehari-hari salah satunya pemenuhan akan kebutuhan makanan dan minuman,
Dalam rangka
pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman yang cepat dan praktis tersebut timbul
ide perusahaan-perusahaab jasa untuk mengembangkan dan memperluas bisnisnya
dengan membuka perusahaan makanan dan minuman di Indonesia.
Perusahan jasa
merupakan unit usaha yang kegiatannya memproduksi produk yang tidak berwujud
(jasa) dengan maksud meraih keuntungan. Akan tetapi, perusahaan jasa jga
membutuhkan produk berwujud dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya. Dari
penjelasan tersebut maka perusahaan jasa memiliki beberapa kriteria biasanya
produk yang ditawarkan oleh perusahaan jasa berupa produk yang berupa benda dan yang tidak berwujud
(jasa), tingkat harga yang merupakan sesuatu yang bersifat tidak mutlak karena
mahal atau tidaknya harga yang ditetapkan perusahaan tergantung tingkat
kepuasan konsumen. Jasa dan layanan adalah aktifitas ekonomi yang melibatkan
sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi
tidak menghasilkan transfer kepemilikan.
Jika dkaji
lebih kanjut salah satu perusahaan jasa yang sangat kuat beraing pada zaman
sekarang ini adalah perusahaan jasa yang menonton film yang disertai dengan pelayanan
akan penyediaan makanan dan minuman yaitu restoran (rumah makan). Usaha makanan
dan minuman yang berdampingan dengan tempat menonton film ini belakangan
semakin marak dengna bermunculan berbagai restoran maupun Caffe.
Hadirnya
berbagai macam restoran (cafe) atau sebagai perusahaan makanan di kota Jakarta
ternyata mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat. Ini dapat dilihat
dari rata-rata konsumen yang datang melakukan pembelian setiap harinya.
Salah satu
pendukung kegiatan perusahaan jasa berkembang dengan baik diantaranya didukung
oleh faktor kinerja Humas. Salah satu perusahaan jasa yang berhasil menempatkan
produk dan jasanya dipasar dan mendapatkan sambutan yang cukup tinggi adalah
Restoran Planet Hollywood Jakarta yang terletak di Jln. Jend Gatot Subroto Kav
16, Jakarta Selatan. Perusahaan jasa ini sudah berdiri selama 16 tahun di
Indonesia. Dan tercatat merupakan perusahaan yang berdiri melalui hak guna
paten yang pusat dari perusahaan ini adalah di New York (USA) yang memiliki
cabang di beberapa Negara diantaranya Meksiko, Paris, Arab, Kuwait, London,
Canada, dan Indonesia.
Namun perlu kita ketahui bahwa ketika konsumen
melakukan pembelian pada suatu produk selalu ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya dalam memutuskan pembelian, serta sifat-sifat penting dari
produk yang dijual agar memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumen tersebut.
Bagi konsumen tertentu, dalam membeli suatu produk tidak hanya melihat
semata-mata karena harga produknya. Banyak faktor lain yang memengaruhinya dalam
memutuskan untuk melakukan pembelian. Untuk itu perusahaan jasa perlu membuat
perubahan pada berbagai variabel tersebut agar konsumen tertarik melakukan
pembelian. Pengambilan keputusan yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
dampak positif bagi perusahaan dan para konsumen.
Pelayanan
menjadi hal yang utama bagi Planet Hollywood terhadap para pelanggannya. Karena
itu pelanggan perlu medapatkan pelayanan yang sempurna mengingat posisi Planet
Hollywood yang merupakan perusahaan kelas dunia. Namun dalam kegiatan
sehari-harinya Planet Hollywood tidak dapat terlepas dari kritikan pelanggannya
seperti penayangan film yang tidak tepat waktu dari jadwal yang telah
ditentukan, ruangan toilet yang kurang bersih, tata ruang yang kurang nyaman
karna peletakkan barang yang kurang tepat posisi seperti kursi yang menutupi
area pintu masuk, maupun adanya sikap karyawan Planet Hollywood yang kurang
ramah menurut pelanggan membuat opini pelanggan terhadap Planet Hollywood
menjadi tampak kurang baik.
Dengan adanya
hal tersebut maka humas Planet Hollywood melakukan perbaikan-perbaikan terhadap
keluhan-keluhan pelanggan khususnya dalam bidang pelayanan. Pelayanan yang baik
tentunya akan memberikan opini yang baik dari para pelanggan sehingga itu
pelayanan di Planet Hollywood perlu ditingkatkan. Sehingga citra dari Planet
Hollywood akan menjadi baik dan sesuai dengan harapan dari corporate Planet
Hollywood.
2.
Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana opini pelanggan tentang citra corporate Planet Hollywood Jakarta,
dengan berdasarkan rumusan permasalahan tersebut maka dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut :
1.
Sejauhmana afektif (perasaan)
pelanggan terhadap pelayanan dari Planet Hollywood.
2.
Sejauhmana behavior (perilaku)
pelanggan terhadap pelayanan dari Planet Hollywood.
3.
Sejauhmana kognitif
(pengetahuan) pelanggan terhadap pelayanan dari Planet Hollywood.
3.
Tujuan Penilitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana opini para pelanggan tentang citra corporate Planet Hollywood
Jakarta.
Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah
untuk menjawab uraian identifikasi masalah yakni sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui afeksi
(perasaan) pelanggan terhadap pelayanan dari Planet Hollywood.
2.
Untuk mengetahui behavior
(perilaku) pelanggan terhadap pelayanan dari Planet Hollywood.
3.
Untuk mengetahui kognitif
(pengetahuan) pelanggan terhadap pelayanan dari Planet Hollywood.
4.
Signifikasi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
akademis dan manfaat praktis sebagai berikut :
a.
Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pikiran bagi perkembangan ilmu komunikasi, khususnya humas atau Public
Relations.
b.
Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa/i dalam
membandingkan antara ilmu yang didapat selama perkuliahan dengan hasil
penelitian penulis.
Setelah selesainya penelitian ini diharapkan hasil
penelitian ini dapat memberika informasi-informasi dan masukan yang berguna
bagi perusahaan dalam meningkatkan pesan iklan agar mendapatkan citra yang baik
dari masyarakat, serta memberian tolak ukur dalam menentukan langkah-langkah
yang harus ditempuh.
5.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini adalah aturan meletakkan
bagian-bagian karangan ilmiah, bagian mana yang harus didahulukan dan bagian
mana pula yang harus dikemudiankan. (Arifin, 1998 : 35)
Untuk mempermudah pemahaman terhadap masalah-masalah
yang akan ditulis dalam penelitian ini dan member gambaran yang sistematis,
maka peneliti membagi karya penelitian ini dalam beberapa bab, sebagai berikut
:
BAB I PENDAHULUAN, Bab
ini merupakan pengantar yang menggambarkan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian , manfaat
penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN KONSEPTUAL, Bab ini menggambarkan tentang landasan teori atau konsep-konsep
yang digunakan dalam penelitian ini, dan nantinya akan menjadi
variabel-variabel penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN , Dalam bab
ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu penelitian deskriptif. Di samping itu dijelaskan pula jumlah
populasi dan sampel, serta teknik penarikan sampelnya. Di dalam bab ini juga
dibahas mengenai metode pengumpulan data, yaitu melalui wawancara terstruktur
(dengan menggunakan questioner), studi kepustakaan, dokumentasi, dan
yang diikutsertakan dalam pembahasan ini adalah mengenai rencana analisa data
dan keterbatasan-keterbatasan penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN,
Di bab ini akan digambarkan mengenai profil perusahaan yang mana menjadi objek
dalam penelitian ini. Di samping itu juga dibahas mengenai hasil penelitian
dengan menggunakan statistik deskriptif yang digambarkan dalam bentuk table
frekuensi serta interpretasi data dengan masing-masing tabel tersebut.
BAB V PENUTUP, Bagian
ini merupakan bagian akhir dari
penulisan ilmiah atau skripsi yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Kesimpulan diambil berdasarkan analisa dari hasil penelitian dan saran
merupakan masukan dari penulis yang ditujukan untuk perusahaan jasa Planet
Hollywood Jakarta guna menyempurnakan kesuksesan.
BAB II
LANDASAN KONSEPTUAL
1.
Konsep Komunikasi
Wilbur Schramm
menyatakan bahwa :
Komunikasi adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia, komunikasi
tidak punya kehidupan dalam dirinya sendiri. Tidak ada keajaiban didalamnya
kecuali apa-apa yang dimasukkan manusia ke dalam komunikasi itu. (Cutlip-Center
& Broom, 2006:226)
Kegiatan kemunikasi selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada aktivias tanpa ada komunikasi secara langsung maupun tidak langsung,
verbal maupun non verbal dengan bentuk apapun. Kalau kita teliti dalam
kehidupan sehari-hari, sejak bangun tidur hingga kembali tidur lagi, kita
melakukan kegiatan komunikasi. Dengan demikian, jelas sekali bahwa kegiatan
“komunikasi” itu sangat penting dalam kehidupan kita.
a.
Hakikat Komunikasi
Karena begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita, maka yang
menjadi hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Bentuknya
adalah berupa pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
b.
Definisi Komunikasi
Merangkum pernyataan dari beberapa pakar tentang definisi komunikasi
dalam buku “Filsafat Ilmu Komunkasi” karangan Dani Vardiannsyah, penulis
menyimpulkan.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian stimulus atau pesan yang
dilakukan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) melalui
penggunaan sismbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dengan
tujuan mempengaruhi dan mengubah perilaku seseorang.
Konsep komunikasi Schramm mensyaratkan model proses
dua arah dimana pengirim dan penerima beroperasi dalam konteks hubungan mereka
dan dalam konteks situasi social mereka masing-masing.
Gambar 1.
Model Proses Komunikasi
Konteks
sosial
|
Sumber : Cutlip-Center Broom – Effective Publik
Relations
Gambar diatas
mengilustrasikan, bahwa komunikasi merupakan proses timba balik (resiprokal)
pertukaran sinyal untuk memberi informasi, membujuk, atau memberi perintah,
berdasarkan makna yang sama dan dikondisikann oleh konteks hubungan para
komunikator dan konteks sosialnya.
c. Tujuan Komunikasi
Dalam prosesnya, komunikasi
mempunyai beberapa tujuan, antara lain :
1.
Mengubah sikap (to change the
attitude)
2.
Mengubah
opini/pendapat/pandangan (to change the oppinion)
3.
Mengubah perilaku (to
change the behavior)
4.
Mengubah masyarakat (to
change the society)
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui opini para
pelanggan Planet Hollywood. Dengan adanya komunikasi yang baik antara
perusahaan dan masyarakat, diharapkan Planet Hollywood mampu mengubah sikap,
opini, dan perilaku masyarakat menjadi lebih baik lagi.
d.Fungsi
Komunikasi
Selain memiliki tujuan,
komunikasi juga mempunyai fungsi sebagai beriku :
1.
Menginformasikan (to inform)
2.
Mendidik (to educate)
3.
Mengubah Perilaku (to
entertain)
4.
Mengubah Masyarakat (to
influence)
Dalam hal penelitian ini, dengan adanya komunikasi
pula Planet Hollywood dapat menginformasikan produk-produk atau pelayanan dari
Planet Hollywood.
e. Sifat Komunikasi
Apabila ditinjau dari sifatnya,
komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Komunikasi Verbal (verbal
communication)
2.
Komunikasi Niverbal (nonverbal
communication)
3.
Komunikasai Tatap Muka (face-to-face
communication)
4.
Komunikasi Bermedia (mediated
communication)
2. Konsep Public Relations
Hakikat Public
Relations atau Humas adalah komunikasi. Komunikasi dan Humas adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Namun tidak semua komunikasi dapat
dikatakan Humas. Komunikasi yang menjadi ciri kehumasan adalah komunikasi dua
arah yang memungkinkan terjadinya arus informasi timbal balik. Dari arus timbal
balik itulah komunikasi yang efektif dapat tercipta.
a.
Definisi Public
Relations
Menurut Mexico Statements (Kongres PR di
Mexico) tahun 1978, Public Relations adalah suatu seni dan ilmu sosial
dalam menganalisa tren, memperkirakan konsekuensinya, memberikan saran pada
kepemimpinan organisasi dan menerapkan program tindakan yang telah
direncanakan, yang manfaatnya bisa dirasakan oleh organisasi dan kepentingan. (Davis,2005:4)
The Institute of Public Relations (di Inggris) memiliki definisi Public Relations adalah usaha
yang terencana dan terkendali untuk membentuk dan mempertahankan goodwiil
(niat baik) dan saling pengertian antara suatu oganisasi dengan publiknya. Public
Relations perlu direncanakan dalam suatu pendekatan manajemen kepada target
public tertentu. PR melakukan komunikasi dengan cara membujuk (persuasive).
b.
Fungsi Public Relations
Cutlip & Center mengatakan bahwa fungsi Public
Relations atau Humas meliputi hal-hal berikut :
1.
Menunjang kegiatan manajemen
dan mencapai tujuan organisasi.
2.
Menciptakan komunikasi dua arah
secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dan perusahaan kepada
publiknya dan menyalurkan opini public kepada perusahaan.
3.
Melayani publik dan memberikan
nasihat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum.
4.
Membina hubungan secara
harmonis antara organisasi dan pblik, baik internal maupun eksternal.
5.
Membangun pengertian dan
dukungan dari audiens penting dari sebuah organisasi dan mempengaruhi opini dan
sikap dari audiens tersebut.
c.
Publik dalam Public
Relations
Publik dalam PR merupakan khalayak sasaran dari
kegiatan PR atau Humas. Publik itu juga disebut sebagai stakeholder,
yakni kumpulan dari orang-orang atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
peruahaan. Stakeholder bisa berarti pula setiap orang yang
mempertaruhkan hidupnya terhadap perusahaan. Stakeholders terdiri atas
kelompok penekan (Pressure Group) yang mesti dipertimbangkan perusahaan.
(Kasali, 2003:63)
Secara umum stakeholders dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian, yakni stakeholders internal dan stakeholders
eksternal.
Bagan
2
Stakeholders
Internal dan Stakeholders Eksternal
STAKEHOLDERS INTERNAL
1.
Pemegang saham
2. Manajemen dan top execuatives
3. Karyawan
4. Keluarga karyawan
|
STAKEHOLDERS EKSTERNAL
1.
Konsumen/pelanggan
2. Penyalur
3. Pemasok
4. Bank
5. Pemerintah
6. Pesaing
7. Komunitas
8. Pers/Media
|
Seorang Public Relations Officer perlu
memperhatikan dan melayani setiap kelompok publik dengan masing-masing yang
menjadi kepentingannya bisa terpenuhi. (Rumanti, 2002:71)
Seorang Public Relations juga harus membina
hubungan baik dengan pihak-pihak/public tersebut melalui suatu proses komunikasi.
Berkaitan dengan penelitian ini, seorang PR atau Humas sudah tentu harus
membina dan menjaga hubungan yang baik dengan pelanggan.
Menurut Moi Ali dalam bukunya menjadi Public Relations
yang handal, tujuan sebenarnya dari Public Relations adalah membangun reputasi
yang sebagus-bagusnya. Hal tersebut meliputi bagaimana kita dapat menawarkan
jaminan yang memuaskan bagi para pelanggan, bagaimana berkomunikasi secara
efektif dengan audiens kita.
3. Konsep Pelanggan
Pelanggan mempunyai kaitan erat dengan kinerja Public Relations.
Karena pelanggan merupakan bagian dari khalayak sasaran atau publik eksternal
PublicRelations. Tanpa adanya pelanggan, sebuah perusahaan tidaklah akan
berarti apa-apa. Tidak aka nada pula yang akan menjadi bahan perhatian serta
evaluasi bagi seorang Public Relation Officer.
a.
Definisi Pelanggan
Pelanggan adalah orang-orang yang setia bekerja sama
dengan memakai atau menggunakan produk dari suatu perusahaan. Rhenald Kasali
(1989;161) dalam bukunya Manajemen Public Relations, mengatakan bahwa
dewasa ini pasar amt sangat bergantung pada pelanggan. Namun kenyataannya
kebanyakan produsen masih beranggapan bahwa dirinya ialah pusat dari segala
kegiatan bisnis. Pola piker seperti ini harus segera dihilangkan. Perusahaan
harus berfikir bahwa sesungguhnya pelanggan atau konsumenlah pusat dari
kegiatan bisnisnya. Oleh seab itu, upaya yang dilakukan perusahaan dipusatkan
untuk mendapatkan perhatian dan kepuasan pelanggan.
David Ogilvy, pendiri “Ogilvy add mather” juga
mengungkapkan pendapatnya tentang pentingnya pelanggan bagi sebuah perusahaan.
Ungkapan pendapatnya sangat sederhana yaitu ‘’pelanggan adalah istri kita’’
(Milind M & Jagdish N, 1995:3)
Philip Kotler (1994:76) dalam bukunya Manajemen
Pemasaran, mendefinisikan pelanggan sebagai pihak yang memaksimumkan nilai,
membentuk harapan akan nilai dan bertindak berdasarkan itu. Pembeli akan
membeli dari perusahaan yang mereka anggap menawarkan nilai yang diberikan
kepada pelanggan tertinggi.
Sedangkan menurut Michel Leboef (1991:96) dalam
bukunya Memeanangkan dan Memelihara Pelanggan, pelanggan adalah seseorang yang
membawa sejuta keinginan kepada kita, dan tugas kita menangani semua yang
menguntungkan baik baginya dan bagi kita sendiri.
Perusahaan dapat dikatakan sukses, apabila jumlah pelanggannya
dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, pelanggan tetap milik kita harus selalu
“dipegang” jangan sampai pindah perhatiannya dan menjadi barang perusahaan
lain.
Atep Barata (1999:67) dalam bukunya Dasar-dasar
Pelayanan Prima menjelaskan pelanggan dapat dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Pelanggan
internal adalah orang-orang yang berada didalam perusahaan yang terlibat dalam
proses penyediaan jasa atau proses produksi barang, sejak dari perencanaan, penciptaan
jasa atau pembuatan barang, sampai dengan pemasaran, penjualan, dan
penadministrasian.
Sedangkan pelanggan eksternal adalah semua
orang yang ada di luar oganisasi komersil atau organisasi non-komersil, yang
menerima layanan penyerahan barang atau jasa dari organisasi (perusahaan).
b.
Sifat-sifat Pelanggan
Adapun sifat-sifat pelanggan adalah sebagai berikut :
1.
Pelanggan mau dianggap Raja
Karyawan harus menganggap bahwa pelanggan adalah raja. Seorang raja
harus dipenuhi semua keinginannya dan kebutuhannya artinya apa yang diminta
oleh sang raja harus segera dipenuhi.
2.
Mau dipenuhi keinginan dan
kebutuhannya
Keinginan dan kebutuhan pelanggan antara lain ingin memperoleh
informasi, cara-cara pengisian aplikasi atau menyampaikan keluhan-keluhan, jadi
tugas karyawan adalah berusaha memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan.
3.
Tidak mau di debat dan tidak
mau disinggung
Sifat yang dimiliki oleh banyak pelanggan adalah tidak suka dibantah
keinginan atau pendapatnya. Pelanggan juga tidak suka didebat, artinya dalam
hal ini ketika karyawan menyampaikan informasi atau pendapat dan dapat respon
yang kurang baik dari pelanggan maka karyawan perlu menyingkapi secara
hati-hati agar pelanggan merasa tidak dibantah atau didebat.
4.
Pelanggan mau diperhatikan
Pelanggan yang menghubungi perusahaan pada hakikatnya ingin
memperoleh perhatian, jangan sekali-kali menyepelekan atau membiarkan
pelanggan. Berikan perhatian secara penuh sehingga pelanggan benar-benar merasa
diperhatikan.
5.
Pelanggan ingin sekali dipuji
Pelanggan pada hakikatnya paling senang dipuji atau disanjung oleh
karyawan kita. Pujian dan sanjungan yang diberikan kepadanya sangat memberikan
manfaat. Misalnya, pelanggan merasa senang berhubngan dengan kita dan selalu
ingin mengulang transaksinya.
6.
Pelanggan merupakan sumber
pendapatan perusahaan
Karyawan selalu menganggap bahwa setiap pelanggan yang datang
merupakan sumber pendapatan perusahaan. Dengan demikian, hendaknya karyawan
termotivasi untuk melayani pelanggan dengan sebaik-baiknya. (Kasmir, ‘’Etika
customer service’’,2006:47)
4. Konsep Opini Publik
Memahami opini
seseorang, apalagi opini publik, bukapraktinlah sesuatu yang sederhana. Seorang
praktisi Public Relations hendaknya dapat memahami secara berkala opini yang
tengah beredar di dalam segmen publiknya.
a.
Definisi Opini
‘’Opini’’, menurut Webster’s New Collegiate
Dictionary, adalah ‘’suatu pandangan, keputusan akan taksiran yang
berbentuk dalam pikiran mengenai suatu persoalan tertentu’’. Suatu opini adalah
lebih kuat daripada sebuah kesan dan lebih lemah daripada pengetahuan yang
positif. Opini ‘’berarti suatu kesimpulan yang ada dalam pikiran dan belum
dikeluarkan untuk bisa dierdebatkan’’.
Menurut Rhenald kasali dalam bukunya manajemen Publik
Relations, opini dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif. Opini dapat
dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang sangat halus dan tidak
secara langsung dapat diartikan, Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku,
bahwa tubuh, raut muka, symbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan, dan
oleh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui referensi,
nilai-nilai, sikap, dan kesetiaan.
R.P Abelson,
seperti yang dikutip oleh Rhenald Kasali (2003:20) menyebutkan bahwa opini
seseorang dibentuk pleh tiga unsur opini, yakni :
1.
Belief (Kepercayaan tentang sesuatu)
2.
Attitude (apa yang sebenarnya diartikan seseorang)
3.
Perception (Persepsi)
Jelasnya Attitude dimaksudkan sebagai apa yang
sebenernya dirasakan oleh seseorang individu (What the individuals relly
feels), sedangkan opinion lebih dimaksudkan sebagai apa yang dinyatakan
oleh seseorang melalui pertanyaan (What the individuals says or puts on a questionaire)
b.
Definisi Publik
Kata ‘’Publik’’ dari istilah ‘’Opini Publik’’, adalah
sekelompok orang dengan kepentingan yang sama memiliki suatu pendapat yang sama
mengenai suatu persoalan yang menimbulkan pertentangan atau bersifat
controversial.
Setiap orang diidentifikasikan sebagai sejumlah
public, yang masing-masing mungkin terlihat dalam proses pembentukan opini
tentang satu lebih persoalan yang menimbulkan pertentangan-pertentangan.
c.
Manfaat Penelitian Citra
Menurut Soemirat (2002:116:117), untuk mengetahui
bagaimana citra suatu perusahaan atau lembaga di benak publiknya, dibutuhkan
adanya suatu penelitian. Melalui penelitian terhadap citra, perusahaan dapat
mengetahui secara pasti setiap public terhadap organisasi maupun terhadap
produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Selain itu perusahaan juga dapat mengetahui apa-apa yang disukai dan tidak
disukai public tentang perusahaan, dengan demikian perusahaan dapat mengambil
langkah-langkah yang tepat kebijaksanaan perusahaan selanjutnya.
d.
Jenis Citra dalam Publik
Relations (PR)
Citra menurut Franks Jefkins (1992:17-20) dalam buku
‘’Public Relations’’ edisi keempat yang diterjemahkan oleh Drs. Haris Munandar
kedalam bahasa Indonesia, memiliki beberapa jenis seperti berikut dibawah ini
beserta penjabarannya, yaitu :
1.
Citra Bayangan
Citra jenis ini (mirror image) adalah citra yang dianut oleh orang
dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini melekat pada
orang dalam atau angota-anggota organisasi, biasanya adalah pemimpinnya
mengenai apapun pihak luar mengenai organisasinya. Citra ini cenderung positif.
e.
Opini Publik
Menurut Rhenald Kasali (2003:46), opini public berasala dari dua
kata berbahasa Latin, yakni Opinari dan Publicus. Opinari berarti berfikir atau
menduga. Sedangkan kata Publicus mempunyai arti ‘’milik masyarakat luas’’.
Dengan demikian, opini public menyangkut hal seperti dugaan, perkiraan,
harapan, dan pilihan yang dilakukan orang banyak. Opini public juga erat sekali
kaitannya dengan perilaku manusia, sehingga opini publik mewarnai dan
memberikan masukan kepada PR.
Opini publik, menurut Dann Nimmo (2001:79), merupakan poses yang menggabungkan antara
pikiran, perasaan, dan usulan yang diungkapkan oleh masyarakat secara pribadi
terhadap pilihan kebijakan yang dibuat manajemen organisasi atau pemerintah
yang berwenang atas terciptanya ketertiban sosial dalam situasi yang mengandung
konflik, perselisihan atau perbantahan ,
menyangkut apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya.
Dalam pembentukan opini publik, media massa juga mempunyai
peran yang sangat penting, Walter Lippman mendeskripsikan ‘’hubungan segitiga’’
antara situasi tindakan (ditafsirkan sebagai orang, tempat, tindakan, dan
seluruh fenomena yang mungkin ada), persepsi terhadap situasi tindakan, dan
respon berdasarkan persepsi. Sisi terakhir dari segitiga ini tercapai ketika
responnya mempengaruhi situasi tindakan awal. Media massa dalam model ini
berada diantara situasi tindakan dan
persepsi audiens (lihat Gambar 2).
Gambar
2
Media
Massa dalam Pembentukan Opini Publik
Persepsi
Terhadap Tindakan
|
Media Massa
Situasi
Tindakan
|
Respons
Berdasarkan Persepsi
|
Sumber : Walter Lippman (1989:67)
f.
Pembentukan Opini
Opini tidaklah terbentuk dengan begitu saja secara sederhana hal ini
penting sekali dipahami oleh para praktisi Public Relations, bahwa
kegiatan untuk membuat organisasi atau perusahaannya disukai oleh publik atau
khalayak bukanlah persoalan jangka pendek dan persoalan menyebarkan press
release semata-mata, sikap dan opini masyarakat tidaklah semata-mata
dipengaruhi oleh berita tunggal yang dikeluarkan pada hari itu oleh perusahaan,
melainkan oleh berita –berita yang muncul dan beredar dalam beberapa tahun
belakangan secara kontinyu.
Berikut ini
adalah dari teori spiral ofsilence (Sumber : Djuarsa Sandjaja, 1999,
teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta, hal.203)
Gambar 3
Spiral of Silence
Pendapat yang
Diekspresikan Dukungan
antara pribadi bagi
sebagai pendapat
yang berbeda
dominan oleh
media massa
jumlah orang yang tidak secara terbuka
mengekspresikan pendapat yang berbeda dan perubahan dari pendapat yang berbeda
kepada pendapat yang dominan
Berkenaan
dengan pembentukan. Elizabeth Noelle Neuman (dikutip oleh Djurasa Sandjaja,
1999:77) pakar sosiologi Jerman, mengemukakan teori spiral kebisuan (spiral
of silence). Menurut teori ini, pendapat umum terbentuk dari suatu proses
yang saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi dan
persepsi individu atas pendapatnya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat
orang lain dalam masyarakat.
Spiral of
silencemejelaskan bahwa, individu pada umumnya berusaha untuk menghindari
isolasi, dalam pengertian sendirian mempertahankan sikap atau keyakinan
tertentu. Oleh karena itu, orang akan memperhatikan atau mengamati
lingkungannya untuk mempelajari atau mengetahui pandangan-pandangan mana yang
bertahan serta mendapatkan dukungan, dan pandangan-pandangan mana yang tidak
dominan atau popular.
Teori ini menunjukkan sebuah fenomena yang biasanya disebut sebagai
‘’mayoritas diam’’ (Silent Majority). Individu-individu yang menganggap
opini mereka bertentangan dengan opini kebanyakan orang lain cenderung akan
tetap diam terhadap suatu isu (Cutlip & Center and Broom, 2006:337).
Pada intinya,
opini public muncul saat individu-individu secara kolektif mengetahui adanya dukungan pada pandangan mereka melalui
interaksi personal dan dengan membaca media massa. Liputan media dapat
merefleksikan, memperkuat, atau menantang efek spiral kebisuan terhadap opini
publik.
Sementara itu
D.W. Rajecki (1998:89) menggambarkan tentang pembentukan opininya dengan pola
sebagai berikut :
Bagan 3
Proses Pembentukan Opini Publik
-Latar Belakang Budaya
-Pengalaman Masa Lalu
-Nilai-nilai yang dianut
-Berita yang berkembang
|
Persepsi
|
Opini
|
Opini
Publik
|
Konsensus
|
Pendirian
|
Affect
|
Behavior
|
Cognition
|
Sumber : D.W. Rajecki
(1982:89)
Dengan memperhatikan bagan 3
diatas, dapat digambarkan bahwa opini public berasal dari opini para individu
yang mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu yang telah berkembang menjadi
consensus. Sedangkan opini lahir dari persepsi seorang individu yangmempunyai
interprestasi dan melahirkan suatu pendirian yang kuat dalam dirinya.
Persepsi
tersebut tentunya akan dapat membentuk opini pelanggan yang dibentuk atau
terlahir berdasarkan pada penilaian pelanggan akan pelayanan, perilaku,
tindakan, maupun sikap yang diberikan oleh Planet Hollywood terhadap pelanggan
seperti memenuhi pemintaan pelanggan, memberikan pelayanan dengan senyum dan
bersikap ramah, ruangan Planet Hollywood yang bersih dan rapi serta tersedianya
toilet maupun ruang tunggu yang nyaman.
g.
Persepsi
Deddy Mulyana (2001:61) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses
internal untuk memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari
lingkungan eksternal. Dengan kata lain, persepsi merupakan cara kita mengubah
energy-energi fisik lingkungan menjadi pengalaman bermakna. Pengalaman disini
berupa objek, peristiwa ataupun hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan pesan.
Sedangkan
menurut Jalaluddin Rakhmat (2002), persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menfsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory
stimuly). Dalam menafsirkan makna informasi inderawi, persepsi melibatkan
sensasi, atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976:63).
h.
Pendirian
Pendirian lahir dari interprestasi seseorang yang telah memiliki
persepsi. Pendirian adalah apa yang sebenernya dirasakan oleh seseorang (what
individuals really feels). Pendirian, sering disebut juga sebagai sikap,
merupakan opini yang tersembunyi di dalam batin seseorang (Latent Opinion).
Sikap didefinisikan sebagai suatu kecenderungan yang diperoleh dengan cara
belajar untuk merespon suatu objek secara konsisten. Sedangkan Webster
mendefiniisikan ‘’attitude’’ sebagai ‘’the feeling one has for
oneself’’.
Pendirian
yang diungkapkan, dalam bentuk apapun (verbal,bahasa tubuh, symbol, raut muka,
ekspresi, warna, pakaian yang dikenakan, ruangan yang disediakan, waktu yang
disediakan untuk bertemu, dan sebagainya) disebut Opini.
Pendirian
dibentuk oleh tiga komponen utama, yang dikenal sebagai ABCs of Attitude
menurut (Devito, 1997:28-31). Komponen-komponen tersebut antara lain: Affect
(perasaan atau emosi). Behavior (perilaku atau tindakan), dan Cognition
(pengertian).
a.
Affect (perasaan atau emosi)
Komponen afektif
merupkan elemen evaluasi dalam unsur pendirian berdasarkan perasaan seseorang
untuk menilai sesuatu : baik atau buruk.
Wujud implementasi dari komponen ini adalah berupa perasaan suka, tidak
suka, senang, tidak senang, saying, benci, takut, sedih, bosan, bangga, dsb
(Kasaloi, 2003:26-27). Dan Nimmo (2001), berpendapat bahwa preferensi nilai
sangat erat asosiasinya dengan isi afektif atau perasaan, citra personal yang
membantu orang dalam menilai diri sendiri dan lingkungannya. Nilai sangat
bervariasi. Baik itu dalam hal arah (suka lawan tidak suka) ataupun intensitas
(kuat, sedang, lemah).
b.
Behavior (perilaku atau tindakan)
Menurut Rhenald Kasali (2003), komponen konatif atau behavior
merupakan elemen penggerak aktif (intentional element) dalam pendirian/attitude.
Komponen ini lebih menampilakan kecenderungan seseorang untuk bertindak,
bertingkah laku atau berperilaku tertentu terhadap suatu objek. Sementara itu,
Dan Nimmo (2001), mengatakan bahwa penghargaan jua mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan aspek konatif.
c.
Cognition (pengertian)
Secara umum, menurut Rhenald Kasali (2003) cognition adalah
suatu kepercayaan yang dipegang oleh seseorang terhadap sesuatu objek
pendirian. Wujud implementasi dari cognition antara lain : memiliki,
datang dari, menyebabkan, menghasilkan, mencegah, biaya, dsb.
5.
Konsep Citra
a.
Definisi Citra
Opini atau sikap yang
terbentuk dari sekelompok masyarakat akan melahirkan suatu citra terhadap suatu
objek. Misalnya terhadap perusahaan. Apabila khalaya atau publik mempunyai
opini positif terhadap suatu perusahaan, maka citra yang baik dan positif
terhadap suatu perusahaan, maka citra yag baik dan positif tentang perusahaan
tersebut akan terbentuk. Seorang Publik Relations wajib melakukan
pemantauan terhadap opini yang berkembang dan citra yang terbentuk di
masyarakat.
Citra adalah kesan yang
timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman yang berasal dari suatu
informasi yang tidak lengkap akan menghasilkan citra yang tidak sempurn.
Pencitraan haruslah dibuat dan dibentuk, melalui berbagai hal dan berbagai
kegiatan dilakukan. (Rhenald Kasali, 2003:28)
Pembentukan citra
bukanlah pekerjaan yang dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Akan tetapi
sebuah citra yang telah terbangun, dapat dalam waktu yang singkat terjun ke
titik terendah akibat dari suatu masalah. Proses pembentukan citra pada
akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan, atau perilaku tertentu.
b.
Jenis-jenis citra
Frank Jefkins dalam Public Relations menjelaskan, bahwa ada beberapa
jenis citra, yaitu citra bayangan (mirror image), citra yang berlaku (current
image), citra yang diharapkan (wish image), citra perusahaan (corporate
image), serta citra majemuk (multiple image).
1.
Citra Bayangan (Mirror Image)
Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi
biasanya adalah pimpinannya mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya.
Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam
mengenai pandangan lua terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidaklah
tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya
informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam
organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar. Citra ini
cenderung positif, bahkan terlalu positif karena kita biasa membayangkan hal
yang serba hebat mengenai diri sendiri sehingga kitapun percaya bahwa
orang-orang lain juga memiliki pandangan yang tidak kalah hebatnya atas diri
kita. Melalui penelitian yang mendalam akan segera terungkap bahwa citra
bayangan itu hamper selalu tidak tepat, atau tidak sesuai dengan kenyataan yang
sesungguhnya.
2.
Citra yang Berlaku (Current
Image)
Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang melekat
pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Sama halnya dengan citra
bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan jarang, sesuai dengan
kenyataan karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan
orang-orang luar yang bersangkutan yang biasanya tidak memadai. Biasanya pula,
citra ini cenderung negatif. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh
banyak-sedikitnya informasi yang dilmiliki oleh penganut atau mereka yang
mempercayainya.
3.
Citra yang Diharapkan (Wish
Image)
Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak
manajeme. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenernya. Biasanya
citra yang diharapkan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang
ada. Namun secara umum, yang disebut sebagai citra harapan itu memang suatu yang berkonotasi lebih bai. Citra yang
diharapkan itu biasanya dirumuskan dan diperjuangkan untuk menyambut sesuatu
yang relative baru, yakni ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai
mengenainya.
4.
Citra Perusahaan (Corporate
Image)
Citra perusahaa adalah citra suatu organisasi secara keseluruhan,
jadi bukan hanya citra atas produk dan pelayanannya. Citra perusahaan ini
terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu
perusahaan antara lain adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang
gemilang. Keberhasilan-keberhasilan dibidang keuangan yang pernah diraihnya,
keberhasilan ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta
lapangan kerja dalam jumlah yang besar, kesediaa turut memikul tanggung jawab
sosial, komitmen mengadakan riset, dan sebagainya.
5.
Citra Majemuk (Multiple
Image)
Setiap perusahaan atau organisasi pasti banyak unit dan pegawai
(anggota). Masing-masing unit dan individu tersebut memiliki perangai dan
perilaku sendiri, sehingga secara sengaja atau tidak dan sadaratau tidak,
mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra
organisasi atau perusahaan secara
keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan secara keseluruhan.
Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan sama banyaknya
dengan jumlah pegawai yang dimilikinya. Untuk menghindarinya berbagai hal yang
tidak diinginkan, variasi citra itu harus ditekan seminimal mungkin dan citra
perusahaan secara keseluruhan harus ditegakkan.
Adapun dalam
penelitian ini yang ingin diteliti oleh peneliti adalah citra perusahaan (corporate
image) dimana penelitian ini ingin mengetahui citra suatu Planet Hollywood
secara keseluruha, jadi bukan hanya citra atas produk dan pelayanannya. Hal-hal
positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan anatara lain adalah
sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan
di berbagai bidang maupun hal-hal lainnya.
c.
Proses Pembentukan Citra
Beberapa cara membentuk citra positif menurut Ruslan
(1996:149) ini antara lain :
a.
Public Understanding
(pengertian publik)
b.
Public Confidence
(kepercayaan publik)
c.
Public Support (dukungan
publik)
d.
Public Cooperation
(kerjasama publik)
Dalam penelitian ini
penulis akan memfokuskan pada public confidence (kepercayaan publik),
dimana humas Polri akan berusaha untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat.
Proses pembentukan
citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian system komunikasi
yang dijelaskan oleh John S. Nimpoeno (1987:87), dalam laporan penelitian
tentang Tingkah Laku Konsumen, seperti yang dikutip Danasaputra, sebagai
berikut :
Gambar 2.1
Model Pembentukan Citra Pengalaman
Mengenai Stimulus
Persepsi Sikap
|
Stimulus Respon
Rangsang Perilaku
Motivasi
Sumber
: Nimpoeno, dalam Danasaputra, 1995 : 36
Gambar diatas mennunjukkan bahwa jika dalam proses humas digambarkan
sebagai input-output, maka proses intern dalam model ini adalah proses
pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang memberikan dan output
adalah tanggapan atau perilaku tertentu.
Humas
digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah
pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output
adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri menurut Nimpoeno,
yang dikutip oleh Danasaputra (1995:36)
digambarkan melalui persepsi-kognitif-motivasi-sikap.
‘’…proses-proses
psikodinamis yang berlangsung pada individu konsumen berkisar antara
komponen-komponen persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap konsumen terhadap
produk. Keempat komponen itu diartikan sebagai
mental representation (citra) dari stimulus’’.
Persepsi merupakan
hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan sebuah proses
pemaknaan, berarti pemberian makna seorang individu tegantung pada pengalaman
mengenai stimulus. Hal ini penting sebagai perkembangan citra. Kognisi adalah
suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus yang dapat timbul jika
stimulus telah dimengerti yang mana hal ini akan tergantung pada terpaan
informasi. Respon yang diinginkan pemberi
stimulus digerakkan oleh motivasi dan sikap yang terburuk. Motif adalah
kesadaran dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan tertentu dalam mncapai tujuan. Sikap adalah kecenderungan
bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi obje, ide situasi
atau nilai. Sikap tidak sama dengan cara tertentu objek sikap. Sikap mendorong
aspek evaluative yaitu rasa suka dan sikap dapat diperteguh atau diubah.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Pada pendekatan ini peneliti menggunakan pendekatan
secara kuantitatif, pendekatan ini adalah pendekatan dengan pengukuran terhadap
fenomena sosial yang dijabarkan kedalam komponen masalah, variabel, dan
indicator. Tujuan utama dari pendekatan kuantitatif adalah melakukan
generalisasi, suatu pertanyaan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas
tentang suatu masalah yang diperkirakan akan berlaku pada populasi tertentu.
(Fauzy, 2001:5)
2.
Tipe Penelitian
Tipe
penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif, yaitu penelitian yang
dilakukan terhadap aspek-aspek yang sudah ditetapkan secara umum dan luas.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau
menjelaskan suaatu hal atau seperti apa adanya secara lebih mendalam.
Menurut
Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi, Penelitian
Komunikasi, penelitian deskriptif ditujukan untuk :
a.
Mengumpulkan informasi actual
secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.
b.
Mengidentifikasi masalah atau
memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku
c.
Membuat perbandingan dan
evaluasi.
d.
Menentukan apa yang dilakukan
orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman
mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan yang akan datang.
Berdasarkan hal
tersebut diatas, maka penelitian ini ditujukan untuk memaparkan dan menuliskan
secara sistematis tentang bagaimana opini para pelanggan terhadap citra
corporate Planet Hollywood Jakarta. Dalam penelitian ini, peneliti hanya
menyajikan data atau informasi berdasarkan hasil yang diperoleh dari para
responden di lapangan.
3.
Objek Penelitian
Objek
penelitian adalah segala sesuatu yang meliputi ada dan yang mungkin ada.
Sesuatu yang ada ialah sesuatu yang dapat disentuh dengan indera, sehingga lebih
mudah menunjukkan bukti kebenarannya. Sedangkan sesuatu yang mungkin ada ialah
sesuatu yang sekarang belum ada, aakan tetapi tidak mustahil ada setelah mealui
proses pembuktian. (Hadari, 2005:3)
Objek
penelitian ini adalah orang-orang sebagai individu. Dalam penelitian ini, objek
peneliti akan dilakukan terhadap para pelanggan restoran Planet Hollywood
Jakarta.
4.
Populasi, Sampel, dan
Teknik Sampling
a.
Populasi
Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2004:72). Khalayak
sasaran penelitian ini adalah pelanggan restoran Planet Hollywood Jakarta.
Populasi
sasaran dalam penelitian ini adalah semua pelanggan baik perorangan ataupun
korporat disekitar Planet Hollywood Jakarta Jalan Jend. Gatot Subroto, Jakarta
Selatan, sebanyak 500 orang pelanggan.
b.
Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi diambi dengan menggunakan
teknik tertentu, yaitu teknik sampling (Usman dan Akbar, 2003:44).
Ari Kunto
(1998) mengatakan bahwa : ‘’Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil
sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.
Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 100 orang, dengan tingkat presisi 10%. Jumlah ini
didapatkan berdasarkan pada rumus penentuan dari populasi tertentu menurut
slovin. (Sevilla, 1998 1998:161-162)
Rumus tersebut adalah :
(n : ukuran sampel N : ukuran populasi. e : nilai kritis (batasan
ketelitian) yang diinginkan, (persen kelonggaran ketidak telitian karena
kesalahan pengambilan sampel populasi).
n = 0,999 peneliti membulatkan jumlah responden menjadi 100
orang. Untuk membuktikan validitas jumlah sampel berdasarkan pada rumus
tersebut, peneliti mengacu pada table pagoso, Garcia dan Guerreo de leon
(1987), yang mengembangkan rumus diatas untuk menentukan jumlah sampel dari
populasi tertentu dengan taraf kesalahan 10% (Sevilla, 1998:162)
c.
Teknik Sampling
Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memilih orang-orang tertentu
karena dianggap berdasarkan penilaian tertentu, yakni dengan bertanya langsung
kepada setiap responden yang ditemui.
5.
Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data sebagai alat bantu penelitian akan
dilakukan dengan cara berikut :
a.
Kuesioner atau Angket
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket (questionnare) atau dalam bahasa indonesiannya adalah
kuesioner. Angket menurut Irawan (2002:65) adalah suatu teknik pengumpulan data
dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh
responden. Responden hanya menjawab dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
pengumpul data atau peneliti. Adapun bentuk pertanyaan yang kan diajukan dalam
kuesioner adalah pertanyaan tertutup, dengan menggunakan skor skala likert pada
jawaban guna memudahkan responden menentukan jawaban, serta memudahkan peneliti
membuat kesimpulan dan analisis secara kuantitatif. Skala likert merupakan
skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian.
b.
Wawancara
Teknik pengumpulan data lainnya adalah dengan cara wawancar.
Menurut Drs. Ridwan, M.B.A (2002:29) ‘’Skala Pengukuran Variabel-Variabel
Penelitian’’, wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Sebagai data pelengkap
penelitian, peneliti akan melakukan wawancara dengan beberapa pelanggan
restoran Planet Hollywood Jakarta.
c.
Observasi
Karl Weick dikutip oleh Jalaluddin, Rakhmat mendefinisikan
observasi sebagai pemulihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian
perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme, sesuai dengan
tujuan-tujuan empiris. Observasi juga merupakan studi lapangan sebelum menyebar
kuesioner. Observasi yang dimaksud pada penelitian ini yaitu dengan cara
mendatangani tempat atau lokasi penelitian. Tujuannya adalah untuk melihat
seberapa besar tempat penelitian, dan melihat kebiasaan calon responden yan akan
diteliti sehingga peneliti tau seberapa besar lokasi populasi dan dimana letak
para responden yang akan menjadi sampel penelitian, serta mengetahui kapan
waktu yng tepat untuk menyebarkan kuesioner kepada para responden tersebut.
6.
Definisi dan Operasional
Konsep
1. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah suatu definisi yang memberikan
penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yagn dapat diukur. Dalam rangka
mempermudah proses dalam penelitian ini maka ada beberapa konsep yang perlu
didefinisikanndan dioperasionalisasikan, yaitu :
a.
Opini Publik
Opini
publik atau pendapat umum menurut cutlip & center yang dikutip oleh
Setyodarmojo Soenarko (2003:47) adalah ‘’public opinion is the sum of accumulated
individuals opinions on an issue in public debate and affecting a group people’’,
dengan terjemahnya sebagai berikut : Pendapat umum adalah merupakan sekumpulan
pendapat-pendapat perorangan terhadap suatu masalah di dalam suatu perbincangan
yang ada pada kelompok orang-orang tersebut.
Pada
penelitian ini, definisi konsep-konsep adalah sebagai berikut :
1.
Opini publik adalah
pendapat yang terbentuk melalui suatu interaksi berupa debat, pembicaraan, atau
pertukaran pikiran diantara individu-individu yang berada daam kelompok untuk
mencapai suatu titik persamaan pendapat yang dapat diterima oleh semua individu
daam publik.
2.
Kepribadian adalah
karakter psikologis yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang
relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya.
3.
Pengetahuan (knowledge)
adalah kesadaran individu terhadap adanya paktek dan pemahaman dan keahlian yang
didapatkan dari pengalaman individu.
4.
Minat adalah ciri-ciri
keinginan dan kecenderungan watak seseorang yang dilakukan melalui tindakan
untuk berusaha terus-menerus dalam mencapai tujuan, dan tumbuh karena adanya
faktor motivasi.
5.
Kontrol akan perilaku (perceived
behavior control) adalah sebagai segala kemudahan atau kesulitan yang
dialami individu dalam melakukan suatu perilaku, diukur dengan seberapa jauh
seseorang mampu melakukan suatu praktek, seberapa jauh ia memiliki kontrol
terhadap praktek atau apakah ada rintangan untuk melakukan praktek.
6. Terpaan media (media exposure) adalah efek tertentu dari
media bertujuan untuk mengetahui sejumlah mana kehadiran suatu media atau
proses penyampaian pesan mempengaruhi khalayak dalam berfikir, bersikap, dan
untuk mengetahui sejauh mana perubahan sosial terjadi karena kehadiran media
atau pesan dari media massa.
b.
Citra Perusahaan
Citra
perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan
citra atas produk dan penggunanya. Citra perusahaan terbentuk oleh banyak hal,
antara lain sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang.
Keberhasilan-keberhasilan dibidang keuangan yang pernah diraihnya, keberhasilan
ekspor, hubungan industri yag baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja
dalam jumlah besar, kesediaan untuk memikul tanggung jawab sosial dan
sebagainya. (P.R. Smith, 1995:334)
Dalam
mengukur perusahaan, spector (1961) menemukan terdapat 6 faktor utama yang digunakan
untuk mengukur dimensi utama yang digunakan untuk mengukur dimensi utama yang
digunakan khalayak dalam mengekspresikan citra dari suatu organisasi, yaitu:
1.
Dinamis, merupakan
sebuah unsur citra perusahaan yang paling pengukuran citra perusahaan : pelopor,
menarik perhatian, aktif.
2.
Bekerjasama, mampu
meningkatkan citra perusahaan dengan siapapun, perusahaan bekerjasama : ramah,
disukai, senang membantu.
3.
Bisnis, unsur yang
harus ada dalam perusahaan sebab bisnis mendulang keuntungan : bijak,
persuasive, terorganisir.
4.
Karakter, merupakan
kekuatan terbesar dalam sebuah perusahaan : etis, terhormat.
5.
Sukses, penilaian
sukses pada umumnya nampak dari seberapa besar keuntungan yang mampu dicapai
perusahaan : prestasi keuangan yang baik, percaya diri.
6. Menarik diri, sebagai unsur yang paling lemah dalam perusahaan
namun harus ada untuk mengevaluasi perusahaan : menjauhkan diri, suka
berbisnis. (Sutojo, 2007 : 71)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Gambaran Umum Planet
Hollywood
Planet Hollywood
berdiri berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No.165 pada tanggal 19 Juli 1993
dihadapan Notaris Benny Kristianto SH dan telah mendapatkan pengesahan dari
Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No.C2.6430.HT.01.01.THpada
tanggal 22 Agustus 1993 di Jakarta Planet Hollywood berkembang semakin pesat
dari tahun ke tahun dengan semakin maraknya keinginan masyarakat Indonesia yang
ingin menyaksikan film-film asing terbaru mana Planet Hollywood menjadi tempat
yang pertama kali ditayangkan di Indonesia.
Keluarnya keputusan
tersebut membuat Planet Hollywood memiliki izin resmi untuk menayangkan
film-film dari luar negeri khususnya film dari Amerika Serikat.
Perfilman Hollywood di
Amerika Serikat yang menggunakan teknologi yang tinggi serta gencarnya iklan
dari media menjadikan film-film bioskop semaki tinggi penggunjungnya dari hari
ke hari.
2. Misi dan Visi Planet Hollywood
Misi dari
Planet Hollywood
Memberikan
tayangan yang berkualitas tinggi dan nyaman bagi para penonton.
Visi
Planet Hollywood
1.
Futuristicyang bermakna ‘’Berorientasi Maju Dengan Terobosan Baru’’dalam
arti Planet Hollywood selalu berorientasi ke depan dengan menggunakan
tekhnologi baru. Tekhnologi baru ini telah menjadi suatu tradisi bagi Planet
Hollywood agar selalu berorientasi ke masa depan dan menjadi yang terdepan dalam persaingan yang
ada sekarang.
2.
Innovative yabg bermakna ‘’Menjadi Trendsetter Dengan Ide Orisinal’’dalam
arti Planet Hollywood selalu mempunyai ide-ide baru dan orisinil dalam setiap
pelayanan yang disuguhkan sehingga dapat memenuhi apa dikehendaki masyarakat
seperti pemesanan tiket via telefon, via website maupun pemesanan makanan pada
saat menonton.
3.
Satisfactory yang bermaka ‘’Mengutamakan Kepuasan Para Stageholders’’
dalam arti Planet Hollywood selalu memberikan kepuasan kepada para penontonnya
yaitu dengan memberikan perhatian pasdsa kualitas acara yakni menambah jam
tayang pemutaran film sehingga Planet Hollywood dapat memberikan kenyamanan
yang lebih untuk masyarakat.
4.
Humanity yang bermakna ‘’Perduli Terhadap Lingkungan Sekitar’’dalam
arti Planet Hollywood berusaha untuk peka terhadap lingkungan sekitar, baik itu
lewat program acara yang dibuat seperti, acara sosial, maupun dalam berbagai
kegiatan sosial, seperti penyantunan dana, bantuan pendidikan dan bakti sosial.
3. Bidang Usaha Planet Hollywood
Usaha Planet
Hollywood memiliki usaha yang sebagian besar pelayanan seperti :
Restoran
Di mulai di kota New
York pada tanggal 22 Oktober 1991, pengalaman bersantap yang terinspirasi oleh
kemewahan dan kegembiraan layar lebar lahir Planet Hollywood menawarkan koleksi
memorabilia Hollywood yang luas yang menampilkan alat peraga dari film
blockbuster dan acara TV klasik, sedangkan menu beragam menawarkan semua
favorit anda. Salad eksotis dan pemenang penghargaan burger hanya beberapa dari
banyak rasa tanda tangan. Anda akan menemukan. Anda juga dapat membawa pulang
sepotong Hollywood dengan mode terbarudan hadiah souvenir.
Banquet
Perencanaan acara?
Planet Hollywood cocok untuk kelompok dari semua ukuran. Dari keluarga dan
kelompok sekolah untuk conventioneers dan penggemar film utama, Planet
Hollywood menawarkan tamu sekilas ke dalam dunia yang luar biasa dari film dan
televise. Masing-masing restoran memiliki memorabilia film indah dan klasik.
Menu, khas dan beragam, memenuhi langit-langir setiap saat baris barang
dagangan modis melengkapi setiap gaya dari retro dengan bintang meningkat.
Planet Hollywood adalah tempat yang dinamis yang memberikan nila hiburan yang
tak tertandingi.
Tour & Travel
Planet Hollywood
menawarkan program perjalanan satu-of-a-kind untuk pengunjung individu,
kelompok dan insentif. Kontrak nasional, nilai tambah menawarkan, pengawalan
wisata dan program insentif khusus tur keluarga serta diberikan :
·
Sertifikat dan Hadiah Voucher
Makan
·
Tempat duduk VIP khusus dengan
semua pra-membeli voucher – menawarkan tamu duduk dimeja prioritas pertama yang
tersedia dan kesempatan untuk memotong garis luar
·
Diskon Merchandise Khusus untuk
Grup Mahasiswa dan menu kelompok senior ditawarkan untuk sarapan, makan siang
dan makan malam. Grup selalu duduk bersama dan
ruang untuk acara-acara eksklusif dan semi-pribadi tersedia. Voucher makan
tersedia untuk menampung semua anggaran dan selera dari burger klasik ke
Premiere item menu, minuman dan penawaran baran dagangan khusus.
4. Tujuan dan Target Planet Hollywood
Industri perfilman merupakan suatu industry yang memiliki prospek
yang baik dimasa mendatang. Hal ini disebabkan oleh sifat dari kegiatan usaha
penyiaran yang dapat memenuhi kebutuhan informasi sekaligus hiburan dan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Kelangsungan dari kegiatan usaha
penyiaran film amat terkait dengan kemampuan belanja iklan yang dilakukan oleh
bebagai piha sebagai ajang promosi atau produk atau jasanya.
Penayangan film di
Indonesia mulai menunjukkan tanda pemulihan setelah masa krisis di tahun 1997
atau 1998. Dan bila di lihat beberapa tahun ke depan setelah masa krisis itu
berlalu, total pengeluaran dari penayangan film di Indonesia pada tahun 2002
adalah sebesar Rp. 8,33 Trilliun. Pada tahun 2003 total belanja iklan di
Indonesia pun akhirnya mengalami peningkatan menjadi Rp. 11,66 Trilliun atau
naik sebesar 40%. Pertumbuhan ini juga disebabkan mulai beroperasinya
stasiun-stasiun televise baru di Indonesia yang mendorong perusahaan-perusahaan
di sektor konsumsi untuk meningkatkan anggaran promosinya.
Berbagai strategi usaha
yang telah dipersiapkan Planet Hollywood dalam mempertahankan dan mengupayakan
peningkatan iklannya, antara lain :
1. Mengembangkan peralatan dan fasilitas penyiaran sesuai dengan
tuntutan perkembangan tekhnologi.
2. Membangun stasiun transmisi di kota-kota yang berpotensi ekonomis
sehingga menarik minat biro iklan untuk menayangkan siaran niaga melalui Planet
Hollywood.
3. Menerapkan strategi baru dalam penayangan program acara regular yang
telah ada seperti berita dan hiburan serta menambah berbagai program acara yang
baru.
4. Menciptakan Sistem keja untuk menghasilkan produksi drama dan non
dama.
5. Melakukan Program pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
6.
Pendekatan kemanusiaan melalui
berbagai kegiatan sosial.
5. Struktur Organisasi Planet Hollywood
Planet Hollywood memiliki struktur organisasi yang sifatnya ‘’Top
to Bottom’’yang sederhana. Di dalam struktur organisasi, dapat terlihat
bahwa posisi teratas masih dipegang oleh Presiden Komisaris Utama, yaitu Bapak
Eko Santoso Soepardjo yang dibantu oleh empat anggota komisaris, diantaranya
Bapak Benny Setiawan Santoso sebagai Komisaris I, Bapak Stephanus E. Dasa
Sutanto sebagai komisaris II, Bapak Thomas Trikasih Lembong dan Bapak Bratanata
Perdana. Dari empat Dewan Komisaris tersebut dibawahi Direktur Utama yaitu
Bapak Handoko.
Direktur Utama ini
membawahi empat (4) direktur lainnya, yaitu Direktur General & Technical (Teknik
Umum) yang dijabat oleh Bapak Ir. Soeastomo Soepardji, Direktur Finance &
Accounting (Keuangan dan akuanting) yang dijabat oleh Bapak Phiong Philipus
darma, Direktur Pemasaran, Penjualan dan Program (Sales Marketing and
Programme) yang dijabat ole Bapak F.X.Harry Pramono, dan Direktur Pemberitaan (News) yang dijabat oleh Bapak
Nurhadi Purwosaputro, M.Sc.
Selain membawahi bagian
General and Technical, Finance and Accounting, Sales Marketing and Programme
serta News dalam poses kerjanya Direktur Utama dibantu oleh bagian Management
Office dan Information Technology.
Bagiam management Office
terdiri atas bagian Corporate Secretary yang membawahi tiga (3) Departement,
yaitu Departemen Public Relations, Departement Cencorship Board dan Departemen
Legal yang dimana masing-masing bagian atau department tersebut bertugas
sebagai berikut :
1) Corporate Secretary, bertugas mendata
dan memberi input secara penuh atas acara-acara apa saja yang akan diliputi
oleh Planet Hollywood.
2) Departemen Publik Relations, bertugas
untuk menciptakan dan mempertahankan image positif dari perusahaan. Menjadi
komunikator perusahaan atau bertindak sebagai juru bicara perusahaan sehubungan
dengan kebijakan-kebijakanyang akan dijalankan oleh perusahaan.
Menginformasikan acara-acara dan kegiatan-kegiatan perusahaan kepada masyarakat
luas dan karyawan. Serta melaksanakan berbagai macam kegiatan eksternal dan
bekerja sama dengan bagian HRD dalam melaksanakan kegiatan internal, menyeleksi
surat-surat yang masuk untuk perusahaan dan mendistribusikannya kepada
bagian-bagian yang berkepentingan.
3) Departemen Cencorship Board, bertugas
untuk melakukan sensor terhadap materi program yang ditayangkan oleh Planet
Hollywood.
4) Departemen Legal, bertugas mengumpulkan
materi program yang ada dan membuatnya menjadi suatu susunan program.
5) Departemen General & Technical (teknik umum) membawahi tiga (3) Divisi, yaitu :
1. Engineering Transmission, divisi ini
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang bersifat tekhnis dan bertanggung
jawab atas segala jaringan transmisi yang ada diluar dan didalam gedung Planet
Hollywood.
2. Production Service, divisi ini bertugas
merancang suatu acara yang akan ditayangkan dan di poduksi oleh Planet
Hollywood.
3. HRD Maintenance and General Affair, divisi
ini bertanggung jawab atas perekrutan dan pengalokasian Sumber Daya Manusia
yang akan dipekerjakan di Planet Hollywood.
Departemen Finance and Accounting (Keuangan dan Akunting), membawahi
dua (2) divisi yaitu :
1.
Finance and Tresury, divisi ini bertanggung jawab atas pengendalian keuangan di Planet
Hollywood.
2.
Accounting, divisi ini bertugas memantau kondisi keuangan di Planet Hollywood.
Bagian ini mencatat segala pengeluaran dan pemasukan yang didapat oleh Planet
Hollywood.
Departemen Sales
Marketing and Programme (Departemen Pemasaran,penjualan dan program) membawahi
dua (2) divisi, yaitu :
1. Programme,bertanggung jawab atas
penyusunan program dan jadwal penayangan acara yang akan ditayangkan selama
kurun waktu tertentu.
2. Sales, bertugas mempromosikan waktu
(Space Iklan atau Air Time) yang dimiliki Planet Hollywood sehingga dapat
digunakan oleh organisasi, perusahaan, atau individu yang ingin menggunakan
waktu yang disediakan Planet Hollywood untuk para pemasang iklan di Planet
Hollywood.
4.3
Sejarah Divisi HUMAS
Planet Hollywood
Pada awalnya Tahun 1995, kedudukan Departemen Humas (Hubungan
Masyarakat) Planet Hollywood berada di bawah Departemen Eksternal Affair yang
dikepalai oelh Bapak Satria Hutomo dan dikenal dengan nama ‘’Publicity’’.
Pada masa
krisis moneter yaitu pada tahun 1997, terjadi pemisahan dari Departement
Eksternal Affair menjadi ‘’Departemen Press And Community Relations’’
Yang kedudukannya berada langsung dibawah Direktur Utama dan
dikepalai oleh Bapak Andreas Ambessa.
Pada tahun
2001, setelah Planet Hollywood menjadi perusahaan Go Public maka bagian Press
And Community Relations berubah menjadi ‘’Public Relations’’yang
kedudukannya berada di bawah Corporate Secretary (sesuai dengan
ketentuan dari Bapepam bahwa suatu perusahaan yang Go Public harus mempunyai Corporate
Secretary) yang dikepalai oleh Bapak Gufroni Sakaril.
4.7.1
Struktur dan kedudukan
Public Relations (HUMAS) Planet Hollywood
Humas Planet Hollywood dipimpin oleh
seorang kepala bagian (Section Head) yang dijabat oleh Bapak Gufroni
Sakaril yang bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitaùjs kerja Humas
sehari-hari serta mengamati setiap bentuk kegiatan Humas yang dipimpinnya, baik
berupa kegiatan Eksternal maupun Intenal. Humas Planet Hollywood berdasarkan
dari struktur organisasinya sudah dapat disebut melembaga atau state of being,
artinya keberadaan Humas Planet Hollywood sudah diakui oleh perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa Humas Planet Hollywood mempunyai arti penting dan sudah
menjadi alat bantu serta ujung tambak dari perusahaan. Kedudukan Humas berada
dekat dengan pucuk pimpinan, yang mana Humas merupakan salah satu bagian dari Corporate
Secretary sejajar dengan bagian Cencorship Board dan Legal.
Ini berarti Peran Humas sangat penting dalam perusahaan dan memiliki kedekatan
dengan pimpinan karena keputusan dan kebijakan yang diambil oleh Humas
merupakan keputusan pimpinan.
Public Relations atau Humas
mengklasifikasikan kegiatannya kedalam dua kategori, yaitu Internal Relations
dan Eksternal Relations. Oleh sebab itu Humas Planet Hollywood bertanggung
jawab langsung kepada Direktur Utama melalui Corporate Secretary.Adapun
fungsi dari Public Relations dari Planet Hollywood adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan Image atau Citra Perusahaan.
2. Mengatur lalu lintas dan sirkulasi informasi mengenai kebijakan,
program, dan kegiatan perusahaan kepada
publik eksternal.
3. Membina hubungan baik dengan publik ekternal, yaitu masyarakat,
pemerintah, customer, dan media massa.
Bagian Internal Publik
Relations yang dipimpin oleh bapak Widjaya Santoso mempunyai dua sub bagian,
yaitu Library yang dipegang oleh Ibu Elly marlianti dan In-House Programme
Documentation yang dipegang oleh Bapak Reza. P. Yahya.
Bagian Eksternal Publik Relations yang
dipimpin oleh Bapak Syahrir Gobel mempunyai empat sub bagian, yaitu :
1. Mass Media Relations yang dipegang oleh Bapak Yusak Kaunang.
2. Ticketing dan Protocoler yang mempunyai tiga staf, yaitu Bapak Puguh
Santoso, Bapak Gunawan, dan Ibu Helmi.
3. Program Peduli Kasih yang mempunyai dua staf, yaitu Bapak Fajar
kurnia dan Ibu Anyamirana
4. Hotline service atau yang dikenal dengan bagian operator yang
mempunyai sebelas staf, yaitu Tri Novianto, Tanti Hertanti, R.Enda Juanda,
Zulhendri, Subur malik, Ridwan, Marwazih, Neni Harmaini, Tommy Asmoro, Toto
sugiharto, dan Maria Messah. Adapun kegitan-kegiatan Public Relations Planet
Hollywood, meiputi :
1. Menyampaikan informasi tentang acara-acara fil dan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan perusahaan kepada masyarakat melalui pers, informasi tersebut
berupa pengiriman press release, artikel, sypnosis, jadwal acara, brosur, foto,
rating, dan lain-lain.
2. Menyelenggarakan konferensi pers atau jumpa pers, service media,
open house, media visit, media gathering, media reward, dan media access.
3. Mengatur wawancara pers dengan manajemen.
4. Menerima kunjungan perusahaan dari masyarakat (baik dari mahaasiswa,
pelajar, LSM, perusahaan, lembaga pemrintah, organisasi sosial).
5. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial untuk masyarakat.
6. Melayani kebutuhan masyarakat misalnya untuk copy program acara,
ijin penelitian atau survey, bantuan, dan iklan layanan masyarakat.
7. Menjawab dan menanggapi pertanyaan,
saran dan masukan, melalui telepon, surat, faximile, maupun email.
8. Mewakili perusahaan dalam pertemuan-pertemuan asosiasi.
9. Memonitor, merekam, dan menganalisa opini public dan memberikan
masukan berupa pemecahan masalah kepada pihak manajemen.
10. Mengatur jadwal kunjungan perusahaann dari masyarakat, organisasi,
maupun dari instansi-instansi pendidikan.
11. Mengikuti dan menyelenggarakan pameran.
12. Mengumpulkan serta mengorganisir sumber informasi dari kliping.
13. Mendukung dan membantu tugas-tugas Corporate Secretary.
Secara struktural
posisi Public Relations berada dibawah Corporate Secretary, tetapi pada
prakteknya Public Relations langsung bertanggung jawab pada Direktur Utama.
B.
Analisis
1. Analisis dan Interprestasi Data
1. Identitas Responden
Dalam
identitas responden terdiri atas 4 jenis pertanyaan yang menjelaskan tentang
data diri dari narasumber. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain jenis
kelamin responden, usia responden, pendidikan terakhir responden dan pekerjaan
responden. Berikut ini adalah rincian dari Identitas responden pengunjung
Planet Hollywood.
Tabel 1
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Responden
|
f
|
%
|
a.
Pria
b.
Wanita
|
61
39
|
61
39
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n
: 100
Tabel 1 diatas menunjukkan, bahwa frekuensi karyawan Planet
Hollywood yang berjenis kelamin Pria ternyata lebih besar 61% dari karyawan yang
berjenis kelamin Wanita 39%. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari HRD
Dept, dimana jumlah SDM Wanita memang lebih sedikit dari Pria. Mengingat Planet
Hollywood adalah sebuah perusahaan perfiman, tentunya diperlukan banyak
tenaga-tenaga ahli di bidang tehnik dilapangan/studio yang kebetulan kebanyakan
adalah SDM Pria daripada Wanita-nya.
Table 2
Usia Responden
Usia Responden
|
f
|
%
|
a.
20-29 Tahun
b.
30-39 Tahun
c.
40 tahun keatas
|
77
19
4
|
77
19
4
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil penelitian, 2012
n : 100
Table 2 diatas
menunjukkan bahwa jumlah karyawan Planet Hollywood yang berusia 20-29 tahun
sebanyak 77% yang lebih besar dari
karyawan yang berusia 30-39 tahun yakni 19%, adapun karyawan usia ≥40 tahun sebanyak 4%. Bila dikaitkan dengan masalah penelitian, hal
ini menggambarkan bahwa karyawan pada usian 20-29 tahun tersebut merupakan
karyawan yang baru mendapatkan pekerjaan dan memiliki kemauan tinggi dalam
berprestasi, hal tersebut merupakan motivasi yang bagus karena karyawan akan
semakin kreatif dan inovatif didalam bekerja.
Tabel 3
Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan
terakhir responden
|
f
|
%
|
a.
SLTP
b.
SLTA
c.
Diploma
d.
Sarjana
e.
Pasca Sarjana
|
7
10
18
59
6
|
7
10
18
59
6
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Table 3 diatas
menunjukkan, bahwa karyawan Planet Hollywood yang memiliki latar belakang
pendidikan Sarjana/S1 sebesar 59% lebih besar dari latar belakang pendidikan
Akademi (Diploma 1-3) yaitu 18%, sedangkan lulusan SLTA dan sederajat sebesar
10%, sedangkan sebesar SLTP sebesar 7% dan Pasca Sarjana sebesar 6%.
Hal ini menggambarkan
bahwa karyawan Planet Hollywood dengan latar belakang pendidikan Sarjana/S1
lebih banyak. Sedangkan untuk karyawan dengan latar belakang pendidikan Akademi
(Diploma 1-3) dan SMA dan sederajatnya memiliki jumlah yang sama. Hal ini
mengingat bahwa Planet Hollywood selain memerlukan tenaga kerja ahli di bagian
manajemen, mereka juga memiliki tenaga kerja ahli di lapangan yang mana
diantaranya adalah tenaga kerja yang ahli di Studio dan teknikalnya.
Table 4
Profesi atau Pekerjaan Responden
Pendidikan
terakhir responden
|
f
|
%
|
a.
Pelajar/Mahasiswa
b.
Pegawai Swasta
c.
Pegawai Negeri
d.
Wiraswasta
|
30
33
13
24
|
30
33
13
24
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Table 4 menunjukkn
bahwa sebesar 33% responden pegawai swasta, yang mana jumlah tersebut lebih
besar dari 30% responden pelajar/mahasiswa, sebesar 24% responden sebagai
wiraswasta dan sebesar 13% responden sebagai pegawai negeri.
Responden yang
menonton film-film di Planet Hollywood lebih banyak kaum-kaum anak muda yang
umumnya masih berstatus sebagai pelajar/mahasiswa. Umumnya mereka ini lebih
senang menonton ramai-ramai bersama teman-temannya ataupun dengan pacar atau
pasangan mereka.
2.
Kepercayaan
Tabel 5
Responden menyukai setiap film yang ditayangkan di Planet Hollywood
Jakarta
Responden
menyukai setiap film yang ditayangkan di Planet Hollywood Jakarta
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak Setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat Setuju
|
0
3
7
62
28
|
0
3
7
62
28
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
n : 100
Table 5 menunjukkan
bahwa sebesar 62% responden menjawab setuju dengan menyukai tayangan setiap
film yang ditayangkan di Planet Hollywood Jakarta karena film-film yang
ditayanngkan tersebut merupakan film baru yang sudah ditunggu-tunggu oleh
penonton di Planet Hollywood Jakarta.
Sebesar 28% responden
menjawwab sangat setuju dengan menyukai tayangan setiap film yang ditayangkan
di Planet Hollywood Jakarta dimana film tersebut selain merupakan film yang
terbaru juga memiliki kisah atau ceritta yang disukai penonton karena para
penonton tersebut telah melihat iklan ataupun promosi dari film tersebut.
Sebesar 7% responden
menjawab ragu-ragu karena mereka menganggap cerita film tersebut ternyata
membosankan atau tidak sesuai dengan yang mereka bayangkan atau harapkan.
Sebesar 3% responden
menjawab tidak setuju karena mereka menilai bahwa film yang ditayangkan
tersebut bukan kategori yang mereka sukai sekalipun itu merupakan film terbaru.
Table 6
Responden menjadikan film-film yang diputar di Planet Hollywood
Jakarta sebagai informasi film baru
Responden
menjadikan film-film yang diputar di Planet Hollywood Jakarta sebagai
informasi film baru
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak Setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat Setuju
|
4
6
0
79
11
|
4
6
0
79
11
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Table 6 menunjukkan
bahwa sebesar 79% responden menjawab setuju bahwa film-fim yang diputar di
Planet Hollywood Jakarta sebagai film baru yang mana hal ini bisa dilihat bahwa
film-film yang ditayangkan selalu menjadi film-film terbaru karena Planet
Hollywood memiliki ijin dari pemerintah maupun dari lembaga perfilman di luar
negeri khususnya di Amerika Serikat untuk menayangkan pertama sekali dari
film-film asing di Negara Indonesia.
Sebesar 11% responden
menjawab sangat setuju bahwa film-film yang ditayangkan pada Planet Hollywood
menjadi informasi film terbaru karena mereka Planet Hollywood dianggap sebagai
lembaga pertama yang memiliki akses untuk mempromosikan film terbaru.
Sebesar 6% responden
menjawab tidak setuju bahwa film-film yang ditayangkan pada Planet Hollywood
menjadi informasi film terbaru karena mereka menilai bahwa informasi tentang
film baru yang diputar atau ditayangkan oleh Planet Hollywood Jakarta bisa
dilihat atau diakses penonton pada media lain seperti Internet, surat kabar
ataupun majalah film.
Sebesar 4% responden menjawab sangat tidak setuju bahwa film-film
yang ditayangkan pada Planet Hollywood menjadi informasi film terbaru karena
mereka menilai informasi yang ada belum begitu lengkap sehingga mereka
mengakses informasi dari tempat-tempat lain.
Table 7
Responden mengikuti dengan rutin film-film yang ditayangkan di
Planet Hollywood Jakarta
Responden
mengikuti dengan rutin film-film yang ditayangkan di Planet Hollywood Jakarta
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
17
0
44
49
|
0
17
0
44
49
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Table 7 menunjukkan
bahwa sebesar 49% responden menjawab sangat setuju mengikuti dengan rutin
fim-film yang ditayangkan di Planet Hollywood Jakarta karena mereka merupakan
orang yang hobinya menonton film-film di
bioskop khususnya bila itu merupakan film-film terbaru.
Sebesar 44% responden
menjawab setuju mengikuti dengan rutin film-film yang ditayangkan di Planet
Hollywood Jakarta karena mereka menganggap menonton film dibioskop bisa lebih
membuat mereka lebih santai atau rileksdari jenuhnya aktifitas kerja
sehari-hari.
Sebesar 17% responden
menjawab kurang setuju mengikuti dengan rutin film-film yang ditayangkan di
Planet Hollywood Jakarta mereka hanya tertarik menonton film-film tertentu saja
missal karena faktor tema ceritanya (misalnya horror komedi, drama) maupun
karena faktor pameran dalam cerita tersebut.
Table 8
Responden selalu mencari informasi akan jam, waktu dan tanggal
pemutaran film di Planet Hollywood Jakarta
Responden
selalu mencari informasi akan jam, waktu dan tanggal pemutaran film di Planet
Hollywood Jakarta
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
5
9
0
67
19
|
5
9
0
67
19
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Table 8 menunjukkan
bahwa sebesar 67% responden menjawab setuju selalu mencari informasi akan jam,
waktu dan tanggal pemutaran film di Planet Hollywood Jakarta karena mereka
memang ingin menonton film yang akan
ditayangkan oleh Planet Hollywood tersebut, oleh karena itu mereka rela
meluangkan waktunya untuk browsing, ataupun mendatangi langsung Planet
Hollywood untuk memperoleh informasi tentang jam, waktu dan pemutaran film.
Sebesar 19% responden
menjawab sangat setuju karena mereka merupakan kelompok yang sangat menyukai
film-film sehingga mereka merasa sangat ingin menjadi orang yang pertama kali
menonton film-film terbaru di Planet Hollywood karena mereka bisa menjadikan
hal ini sebagai bahan obrolan maupun diskusi bersama-sama sesama pencinta film
lainnya.
Sebesar 9% responden
manjawab tidak setuju karena mereka menganggap bahwa mereka menonton untuk
sekedar berkumpul saja seperti diajak oleh temannya untuk menonton sehingga
mereka tidak perlu mencari tahu waktu dari pemutaran film.
Sebesar 5% responden
menjawab tidak setuju karena mereka menonton film hanya sesekali saja sehingga
mereka menonton ke bioskop di Planet Hollywood bila memang ada waktu
senggangsaja.
3.
Kebersihan
Tabel
9
Ruangan
bioskop dai Planet Hollywood Jakarta tidak sampah
Ruangan bioskop dari Planet Hollywood
tidak ada sampah
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
0
0
21
79
|
0
0
0
21
79
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 9 menujukkan bahwa sebesar 21% responden menjawab
sangat setuju bahwa ruangan bioskop dari Planet Hollywood tidak ada sampah. Hal
ini terlihat bahwa pada ruangan biokop setelah selesai ditayangkan pemutaran
film maka ruangan tersebut akan dibersihkan oleh bagian cleaning service
dari Planet Hollywood.
Sebesar 79% responden menjawab sangat setuju bahwa
ruangan bioskop dari Planet Hollywood tidak ada sampah.kebersihan menjadi
tanggung jawab dari pihak Planet Hollywood mengingat dengan bersihnya ruangan
maka Suasana menonton menjadi lebih nyaman bagi penonton. Oleh karena itu
kenyamanan ini menjadi perhatian pihak Planet Hollywood.
Tabel 10
Ruangan toilet Planet Hollywood Jakarta
wangi dan steril dari kuman
Ruangan
toilet Planet Hollywood Jakarta wangi dan steril dari kuman
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
0
12
70
18
|
0
0
12
70
18
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 10 menunjukkan
bahwa sebesar 70% responden menjawab setuju atas ruangan-ruangan toilet Planet
Hollywood Jakarta wangi dan steril dari kuman yang mana pada setiap ruang
toilet terdapat pengharum ruangan yang mengeluarkan wangian setiap 10 menit
sekali, selain itu ada juga bagian cleaning service yang selalu membersihkan
ruangan toilet secara rutin setiap 30 menit sekali.
Sebesar 18% responden
menjawab sangat setuju atas ruangan toilet Planet Hollywood wangi dan steril
dari kuman karena mereka melihat bahwa toilet Planet Hollywood selalu terlihat
bersih dan wangi pada saat mereka masuk ruangan tersebut. Kebersihan manjadi
faktor yang penting bagi Planet Hollywood Jakarta karena Planet Hollywood
Jakarta selalu didatangi oleh banyak orang oleh karena itu kebersihan selalu diperhatikan oleh pihak
manajemen.
Tabel 11
Disediakan tempat sampah pada setiap
ruangan Planet Hollywood Jakarta
Disediakan
tempat sampah pada setiap ruangan Planet Hollywood Jakarta
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
0
0
14
86
|
0
0
0
14
86
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 11 menunjukkan
bahwa sebesar 86% responden menjawab sangat setuju agar Planet Hollywood
menyediakan tempat sampah. Sebesar 14% responden menjawab setuju agar Planet
Hollywood menyediakan tempat sampah.
Adanya tempat sampah di
Planet Hollywood menjadi amat penting, bukan hanya sekedar memperindah ruangan
saja tetapi memiliki fungsi yang sangat membangun kesadaran para pengunjung
atau penonton di Planet Hollywood agar lebih menjaga kebersihan lingkungan.
Tabel 12
Karyawan Office Boy Planet
Hollywod Jakarta membersihkan dengan rutin ruangan-ruangan yang ada di Planet
Hollywood Jakarta
Karyawan
Office Boy Planet Hollywood Jakarta membersihkan dengan ruti
ruangan-ruangan yang ada di Planet Hollywood Jakarta
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
0
0
0
100
|
0
0
0
0
100
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 12 menunjukkan bahwa sebesar 100% responden manjawab sangat
setuju agar karyawan Office BoyPlanet Hollywood Jakarta membersihkan dengan
rutin ruangan-ruangan yang ada di Planetn Hollywood Jakarta.
Hal ini terlihat pada
ruangan bioskop setelah selesai ditayangkan pemutaran film maka ruangan
tersebut akan dibersihkan oleh bagian cleaning service dari Planet
Hollywood. Demikian juga ruangan-ruangan toilet selalu dibersihkan setiap 30
menit.
Tabel 13
Karyawan Planet Hollywood Jakarta
berpakaian dengan bersih dan rapi
Karyawan
Planet Hollywood Jakarta berpakaian dengan bersih dan rapi
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
2
0
56
32
|
0
2
0
56
32
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 13 menunjukkan
bahwa sebesar 56% responden menjawab setuju karena mereka bertemu dengan para
pengunjung dari Planet Hollywood yang mana tentunya mereka perlu membersihkan
kesan yang baik dari para pengunjung tersebut.
Sebesar 32% responden
menjawab sangat setuju karena mereka menilai hal ini menjadi kewajiban dari
karyawan Planet Hollywood yang harus berpakaian rapi dan bersih saat bekerja.
Sebesar 2% responden
menjawab ragu-ragu akan kebersihan dan kerapian berpakaian dari karyawan Planet
Hollywood karena mereka melihat ada beberapa karyawan yang berpakaian rapi tapi
ada juga yang tidak berpakaian dengan
rapi.
Tabel 14
Kebersihan setiap ruangan Planet
Hollywood Jakarta tidak hanya menjadi tanggung jawab karyawan tetapi juga oleh
pengunjung
Kebersihan
setiap ruangan Planet Hollywood Jakarta tidak hanya menjadi tanggung jawab
karyawan tetapi juga oleh pengunjung
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
24
15
61
0
|
0
24
15
61
0
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 14 menunjukkan
bahwa sebesar 61% responden menjawab bahwa kebersihan ruangan Planet Hollywood
menjadi tanggung jawab dari pengunjung juga sehingga sebaiknya penggunjung
membuang sampah pada tempatnya. Oleh karena itu perlu ditempatkan tempat-tempat
sampah pada posisi yang strategis dan juga dipasang striker yang bertuliskan ‘’Buang
Sampah Pada Tempatnya’’ untuk mengingatkan pengunjung lebih perduli pada
kebersihan.
Sebesar 24% responden menjawab tidak setuju karena mereka menganggap
bahwa kebersihan ruangann Planet Hollywood menjadi tanggung jawab dari
pengelola Planet Hollywood saja. Mereka memang tidak bersikap membuang sampah
pada sembarang tempat, namun mereka menginginkan agar ruang yang ada dalam
Planet Hollywood selalu bersih dan wangi khususnya ruangan toilet.
Sebesar 15% responden
menjawab ragu-ragu karena kebersihan memang menjadi tanggung jawab karyawan
Planet Hollywood namun bukan berarti bahwa pengunjung memiliki tanggung jawab
yang sama seperti halnya karyawan Planet Hollywood. Pengunjung memang
berkewajiban membunag sampah pada tempatnya namun bila ada pengunjung yang
tidak buang sampah pada tempatnya maka karyawan Planet Hollywood harus
membersihkannya.
4.
Fasilitas
Tabel 15
Planet Hollywood memiliki website untuk memudahkan calon penonton
mengakses informasi film yang di putar
Planet
Hollywood memiliki website untuk memudahkan calon penonton mengakses
informasi film yang di putar
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
0
0
0
100
|
0
0
0
0
100
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 15 menunjukkan
bahwa sebesar 100% responden menjawab setuju agar Planet Hollywood memiliki
website untuk memudahkan calon penonton mengakses informasi film yang diputar.
Sekarang ini kegiatan
untuk mengakses internet menjadi suatu gaya hidup yang baru pada masyarakat di
Ibukota, oleh karena itu umumnya mereka memiliki modem ataupun ponsel yang
berkemampuan untuk mengakses internet. Dengan adanya website dari Planet
Hollywood tentunya akan semakin bermanfaat dalam mempromosikan film-film
terbaru dari Planet Hollywood.
Adanya website ini
akan mempermudah setiap orang untuk dapat mengakses informasi tentang film-film
yang ditayangkan di Planet Hollywood. Oleh karena itu Website perlu
dikembangkan dan berisikan informasi yang selengkapnya dari cara pemesanan
tiket menonton, jam penayangan dan lain sebagainya.
Tabel 16
Tersedia ruangan parker yang memadai di Planet Hollywood Jakarta
Tersedia
ruangan parker yang memadai di Planet Hollywood Jakarta
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
0
0
0
100
|
0
0
0
0
100
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 16 menunjukkan
bahwa sebesar 100 responden sangat setuju dengan adanya ruangan parker yang
memadai di Planet Hollywood. Ruangan parkir menjadi sarana tambahan yang wajib
dimiliki oleh Planet Hollywood karena adanya lahan parkir yang resmi ini
membuat para pengunjung merasab aman untuk menitipkan kendaraannya pada tempat
parkir yang tersedia.
Pengujung tidak perlu
khawatir saat menonton di Planet Hollywood karena kendaraannya sudah berada
pada pihak yang bisa dipertanggung jawabkan. Planet Hollywood perlu bekerja
sama dengan pihak pengelola parkir (secure parking) maupun pihak keamannnya
untuk menjaga kendaraan pengunjung. Planet Hollywood juga harus
menginformasikan dengan jelas dan sopan kepada pengunjung bila parkir sudah
penuh (pengunjung biasanya diarahkan untuk parkir di pelataran Hotel Kartika
Chandra),
Tabel 17
Pembayaran di Planet Hollywood Jakarta bisa menggunankan kartu
kredit
Pembayaran
di Planet Hollywood Jakarta bisa menggunankan kartu kredit
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
44
0
0
56
|
0
44
0
0
56
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 17 menunjukkan bahwa sebesar 56% responden menjawab sangatb
setuju melakukan pembayaran dengan menggunakan kartu kredit karena dikota-kota besar
saat ini sudah banyak orang yang memiliki kartu kredit karena kartu kredit
memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk melakukan pembayaran apapun tanpa
harus repot-repot membawa uang tunai sehingga bisa mencenggah dari bahaya
perampokkan ataupun pencurian. Oleh karena itu Planet Hollywood harus
bekerjasama dengan pihak bank agar agar bisa memfasilitasi pembayaran dengan
kartu kredit.
Sebesar 44% responden
menjawab tidak setuju melakukan pembayaran dengan menggunakan kartu kredit
karena mereka tidak memiliki kartu kredit dan sudah terbiasa bertransaksi
secara tunai.
Tabel 18
Terdapat AC (Air Conditioner) di setiap ruangan di
Planet Hollywood
Terdapat
AC (Air Conditioner) di setiap ruangan di Planet Hollywood
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
0
0
0
100
|
0
0
0
0
100
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 18 menunjukkan
bahwa sebesar 100% responden menjawab sangat setuju adanya AC (Air
Conditioner)pada ruangan Planet Hollywood. Hal ini berkaitan dengan
kenyamanan dan pelayanan dari pihak Planet Hollywood terhadap pengunjungnya.
Adapun AC (Air Conditioner) akan sangat bermanfaat bagi pengunjung
karena mereka tidak akan merasa kepanasan saat berada di ruanga Planet
Hollywood saat ini Plaanet Hollywood telah mengganti AC (Air Conditioner)
yang ada dengan jenis AC (Air Conditioner) yang dapat membunuh kuman.
Tentunya hal ini akan semakin membuat pengunjung ataupun penonton menjadi betah
dan senang bila mampir ke Planet Hollywood.
Tabel 19
Bagi member Planet Hollywood Jakarta, pemesanan tiket film bisa di
booking via telefon
Bagi
member Planet Hollywood Jakarta, pemesanan tiket film bisa di booking via
telefon
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
11
0
89
0
|
0
11
0
89
0
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 19 menunjukkan
bahwa sebesar 89% responden menjawab setuju untuk bagi member Planet Hollywood
dapat memesan tiket film via telefon. Adanya pemesanan via telefon merupakan
langkah yang dilakukan oleh Planet Hollywood dalam meningkatkan pelayanan kepada
penontonnya. Adanya member selain sebagai pemberian diskon tambahan tapi juga
bisa menjadi member database Planet Hollywood untuk lebih dekat kepada
setiap penontonnya. Pemesanan lewat telfon tentunya akan memudahkan para
penonton karena mereka bisa lebih hemat waktu daripada harus mengantri pada
saat membeli tiket.
Sebesar 11% responden
menjawab tidak setuju karena mereka lebih suka memesan tiket secara langsung,
selain itu mereka juga bisa sekalian berjalan-jalan dengan pasangannya staupun
teman-temannya saat akan menonton film di Planet Hollywood.
Tabel 20
Planet Hollywood menyediakan gambar film yang akan diputar pada
dinding ruang tunggu
Planet
Hollywood menyediakan gambar film yang akan diputar pada dinding ruang tunggu
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
0
0
0
100
|
0
0
0
0
100
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 20 menunjukkan
bahwa sebesar 100% responden menjawab sangat setuju bahwa Planet Hollywood
menyediakan gambar film yang akan diputar pada ruangan tunggu. Hal ini sangat
bermanfaat bagi pengunjung untuk dapat melihat nama-nama pemeran film maupun
informasi tentang film yang diputar karena pada gambar tersebut tertera
informasi-informasi tentang film yang akan diputar. Informasi ini sangat
membantu bagi calon penonton untuk menetukan pilihan film yang akan
ditontonnya. Sehingga gambar harus dibuat semenarik mungkin oleh Planet
Hollywooddan diletakkan pada posisi yang strategis di Planet Hollywood.
Tabel 21
Planet Hollywood memperhatikan kerapihan tata ruang di Planet
Hollywood Jakarta
Planet
Hollywood memperhatikan kerapihan tata ruang di Planet Hollywood Jakarta
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
33
0
77
0
|
0
33
0
77
0
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 21 menunjukkan
bahwa sebesar 77% responden menjawab setuju dan sebesar 33% responden menjawab
tidak setuju bahwa Planet Hollywood memperhatikan kerapihan tata ruang di
Planet Hollywood,
Penataan ruangan yang
rapih dan teratur akan membuat penonton menjadi nyaman untuk berada di Planet
Hollywood. Perhatian lebih diberikan oleh Planet Hollywood akan peletakkan
pengeras suara atau speaker yang ada diruang bioskop, karena peletakkan speaker
yang strategis dan tertata rapi akan membuat suasana menonton film semakin
menyenangkan penonton.
5.
Informasi
Tabel 22
Planet Hollywood Jakarta menyediakan data-data tentang film yang
akan diputar seperti nama pemeran, sutradara, genre film
Planet
Hollywood Jakarta menyediakan data-data tentang film yang akan diputar
seperti nama pemeran, sutradara, genre film
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
0
0
0
100
|
0
0
0
0
100
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 22 menunjukkan
bahwa sebesar 100% responden menjawab sangat setuju bahwa Planet Hollywood
menyediakan data tentang film yang diputar karena informasi ini menberikan
gambaran cerita film yang akan ditayangkan. Penonton menjadi tahu siapa saja
pemeran dalam film, nama sutradara maupun genre film (dewasa atau semua umur).
Hal ini akkan membuat penonton menjadi lebih mudah memahami film yang akan
ditonton, adanya informasi ini akan membuat penonton dapat menentukan film apa
yang sesuai dengan keinginannya.
Tabel 23
Anouncher Planet Hollywood memberikan
pengumuman kepada pengunjung tentang film yang akan diputar.
Anouncher Planet Hollywood memberikan pengumuman kepada pengunjung tentang
film yang akan diputar
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
0
0
0
100
|
0
0
0
0
100
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 24 menunjukkan
bahwa sebesar 100% responden menjawab setuju bahwa Customer service
Planet Hollywood memberikan penjelasan kepada pengunjung dengan ramah dan
sopan. Customer service harus memahami dengan baik akan jadwal pemutaran
film, harga dan juga film yang akan diputar. Sehingga nantinya mereka tidak
salah menyampaikan informasi kepada penonton atau pengunjung. Sikap ramah dan
sopan perlu dilatih agar sesui dengan standar pelayanan Customer Service
yang ditetapkan oleh Planet Hollywood.
Sebesar 19% responden
menjawab tidak setuju karena customer service saat ditanya tidak memahami
dengan baik apa yang dikehendaki oleh responden sehingga terjadi miss
communication. Hal ini menunjukkan bahwa sikap ramah dan sopan tidak boleh
dianggap remeh mengingat customer service menjadi salah satu bagian yang
memberikan pelayanan Planet Hollywood kepada penontonnya.
Tabel 25
Pada ruangan customer service terdapat jadwal pemutaran film dan
harga tiket film
Pada
ruangan customer service terdapat jadwal pemutaran film dan harga tiket film
|
f
|
%
|
a.
Sangat tidak setuju
b.
Tidak setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Setuju
e.
Sangat setuju
|
0
0
0
0
100
|
0
0
0
0
100
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil
Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 25 menunjukkan
bahwa sebesar 100% responden menjawab sangat setuju bahwa ruangan customer
service terdapat jadwal pemutaran film dan harga tiket film karena hal ini akan
membantu para penonton film untuk menentukan jam dimana mereka akan menonton film
dan jumlah uang yang dikeluarkan untuk menonton film tersebut sehingga nantinya
akan memudahkan saat melakukan pemesanan tiket dan pembayaran tiket. Jadwal
pemutaran film dan biaya tiket ini dibuat dalam suatu poster yang bersamaan
dengan judul film. Sehingga pennulisan jadwal dan biaya tiket harus menarik dan
mudah dibaca. Saat ini penulisan jadwal film dan biaya menonton film dibuat
dalam layar televise LCD.
C. Pembahasan
Untuk
menganalisis bagaimana opini pelanggan tentang citra perusahaan Planet Hollywood
Jakarta maka dilakukan analisis dari keseluruhan pertanyaan yang sudah
dikemukakan.
K = 5
Dimana :
IS = Interval Skor
IK = Interval Kategori
K = Kelas Interval
Kelas Interval nilai observasi Variabel Y :
Skor, 79-83 dikategorikan Buruk (Rendah)
Skor, 84-88 dikategorikan Biasa (Sedang)
Skor, 89-93 dikategorikan Baik (Tinggi)
Tabel 26
Opini pelanggan tentang citra perusahaan
Planet Hollywood Jakarta
Opini pelanggan
tentang citra perusahaan Planet Hollywood Jakarta
|
F
|
%
|
a.
Baik
b.
Biasa
c.
Buruk
|
72
21
7
|
72
21
7
|
|
100
|
100
|
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
n : 100
Tabel 26 diatas
menunjukkan sebesar 72% opini responden menilai citra Planet Hollywood Jakarta
Baik, hal ini terlihat dari adanya pelayanan yang baik dari Planet Hollywood
Jakarta dengan meyediakan fasilitas yang baik seperti adanya lahan parkir yang
memadai untuk para pelanggan, tersedianya AC, toilet, maupun pemesanan tiket
via telefon maupun Website. Pembayaran atau transaksi juga lebih mudah dengan
adanya fasilitas pembayaran dengan menggunakan kartu kredit.
Sedangkan dari
sisi kebersihan sudah sangat baik dimana pada ruangan Planet Hollywood
disediakan tempat sampah, toilet yang dibersihkan setiap 30 menit sekali dan
adanya pengharum ruangan di setiap ruangan Planet Hollywood. Planet Hollywood
juga menggunakan AC yang diclaim dapat membunuh kuman. Hal ini tentunya akan
sangat bermanfaat bagi kenyamana para pengunjung Planet Hollywood.
Dari segi
informasi di Planet Hollywood sangat mudah sekali untuk memperoleh informasi.
Planet Hollywood memberikan informasi mengenai jadwal pemutaran film, harga
tiket, pemeran film, sutradara film dan juga kategori film dengan jelas pada
poster film sehingga pengunjung menjadi tahu dan memudahkan mereka untuk
memilih film yang akan ditonton.
Sebesar 21%
responden menilai citra dari Planet Hollywood biasa saja karena para responden
menganggap fasilitas, kebersihan maupun informasi yang diberikan dari Planet
Hollywood sama seperti bioskop 21, XXI maupun Blitz Megaplex sebagai lembaga
yang diberikan lisensi dari pemerintah untuk menayangkan film-film di bioskop.
Namun Planet Hollywood memiliki perbedaan yang sangat khas karena Planet
Hollywood sering dijadikan sebagai tempat penayangan perdana film-film terbaru
dibandingkan dengan yang lainnya. Bahkan juga ada kegiatan sambutan singkat
dari pemeran film maupun sutradara untuk penayangan perdana film-film bioskop
khususnya bila film tesebut merupakan film Indonesia.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dalam pembahasan dan hasil penelitian yang
telah diuraikan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Perasaan pelanggan tehadap
pelayanan dari Planet Hollywood sangat nyaman karena Pllanet Hollywood
menyediakan fasilitas-fasilitas umum yang tertata rapi dari tempat parkir,
restoran maupun toilet yang bersih. Pelanggan merasa pelayanan yang diberikan
tersebut membuat mereka menjadi betah untuk berada lama di Planet Hollywood.
2.
Perilaku pelanggan tehadap pelayanan
dari Planet Hollywood sangat tertib dan sopan karena pelanggan merasa mereka
dihargai oleh setiap staff Planet Hollywood mereka dihargai oleh setiap staff
Planet Hollywood mereka mendapatkan ucapkan salam saat masuk areal parkir dan
juga saat memasuki gedung Planet Hollywood.
3.
Pengetahuan pelanggan terhadap
pelayanan dari Planet Hollywood sangat informative khususnya yang berkaitan
dengan adanya website, customer menilai data-data yang diberikan sangat jelas
dari kategori film, pemeran film, sutradara bahkan pemesanan tiket via telefon
dan website dijelaskan dengan sangat sederhana dan mudah dipahami.
B. Saran
Agar kedepannya
opini masyarakat tentang citra Planet Hollywood Jakarta tetap baik maka pihak Planet Hollywood perlu
mempertahankan kebersihan dan keindahan ruangan. Untuk pihak penerima tamu
Planet Hollywood sekalipun bukan bagian utama dari Customer Service sebaiknya
tetap memahami tentang film yang akan ditayangkan dari kategori film, pemeran
film, jadwal pemutaran film. Sehingga nantinya bila customer service sedang
penuh maka pihak penerima tamu bisa menjadi alternantif bagi pengunjung untuk
bertanya.
DAFTAR
PUSAKA
Anggoro,
Lingar. 2005. Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia.
Jakarta : Bumi Aksara
Ardianto,
Elvinaro & Lukiati Erdinaya. 2005. Komunikasi Massa Suatu Pengantar.
Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Atep Barata,
1999, Dasar-dasar Pelayanan Prima, Jakarta : Anugerah Media.
Soemirat,
Soleh. 2005. Dasar-dasar PR. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Assumpta, Veronica.
2002. Dasar-dasar PR : Teori dan Praktik. Jakarta : Grasindo, 2002
Cangara,
Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998
Cutlip-Center
& Broom. 2005. Effective PR alih bahasa oleh Renate Pohan. Jakarta : Indeks
Deddy
Mulyana. 2004. Komunikasi, Konteks dan Aplikasinya. Jakarta : Persada Esa
Consuelo G.
Selvilla. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : UI press. Jefkins,
Frank. 1992. PR edisi keempat. Jakarta : Erlangga.
Kasali,
Rhenald. 2005.Manajemen Public Relations : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
Kogan,
Irving. 1997. Public Relations. New York : Mc Millan Publishing.
Kusumastuti.
2002. Dasar-dasar PR. Jakarta : Ghalia.
Moekijat.
1993. Teori Komunikasi. Bandung : CV. Mandar Maju.
Moleong,
Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
----------------.2005.
Metode Penelitian kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana,
Deddy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
--------------
. 2001. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Nazir, Moh
2003. Metode Penelitian Jakarta : Ghalia Indonesia.
Rakhmat,
Jalaludn. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya.
Ruslan,
Rosady. 2002. Manajemen Humas dan Komunikasi : Konsep dan Aplikasi. Edisi
Revisi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Ulber
Siahaan. 2005. Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Kencana.
Sumber lain
:
Friska
Yuniarti Situmorang, STIKOM JAKARTA Interstudi 2011
Company
Profile Planet Hollywood
Tidak ada komentar:
Posting Komentar